Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior. Pengamat dan Aktivis Sosial)
KALAU sudah takdir, kalau panggilan sudah datang, mana tahan.
Mohammad Noor, penarik becak di kota Malang Jawa Timur, boro-boro punya duit untuk berangkat haji, mimpi pun tidak. Apalagi menabung.
Tapi tiba-tiba, dia setengah dipaksa untuk menyiapkan surat-surat kepentingan daftar haji. Waktu itu 1986, daftar haji masih tokcer. Begitu daftar langsung berangkat. Kaya naik angkot saja.
BACA JUGA: 10 Akun FF Sultan Gratis Exp Hari Ini 22 Juni 2024, Aman Anti Hack Back dan Litomplo
Cerita tentang “kecelakaan” Mohammad Noor itu begini.
Dia itu seorang penarik beca. Tapi punya kebiasan aneh suraneh. Setiap waktu dzuhur dia selalu menabuh beduk dan azan di masjid yang berada di dekat rumahnya. Tak boleh orang lain. Meski sedang narik dia harus pulang dulu ketika waktu dzuhur hampir sampai.
Pada satu hari dia diminta seorang wartawan SCTV mengantarnya keliling kota Malang.
Pas jam 11.00 dia minta izin pulang dulu. Ketika diminta meneruskan perjalanan dia menolak, dan harus pulang meskipun dijanjikan akan ditambah bayarannya. Kaya anak kecil sekali minta pulang harus pulang. Kalau tidak digugu bisa mewek dia. Apa boleh buntet, si wartawan terpaksa mengalah.
Pada kesempatan lain, kembali si wartawan memakai lagi beca MN. Begitu juga pas menjelang dzuhur dia minta pulang. Kali ini si wartawan minta ikut pulkam bersama MN. Sekalian mau sembahyang di sana.
Dari penduduk kampong, wartawan itu mendapat cerita tentang kebiasaan MN bertahun-tahun selalu menabuh beduk dzuhur dan adzan sekalian.
Rupanya si wartawan cerita tentang tukang beca aneh itu kepada bossnya.