Direksi bank bjb berdiskusi tentang strategi bisnis agar performanya tetap positif.
KORANMANDALA.COM – Menmpertahankan sekaligus lebih menggeliatkan kinerja bisnis bukan perkara mudah. Karenanya, tidak heran, korporasi-korporasi memiliki sejumlah rancangan, rencana, dan strategi agar performa bisnisnya tetap bergerak positif.
Hal itu pun berlaku bagi PT Bank Pembangunan Daerah Jabar-Banten Tbk (Perseroda) alias bank bjb.
Pada Earning Call 2nd Quarter 2023, Rabu, 26 Juli 2023, terungkap bahwa bank bjb terus menorehkan catatan kinerja yang impresif.
Sebagai contoh, penyaluran kredit, yang realisasinya hingga Juni 2023, bernilai Rp 121,3 triliun atau menggeliat 10 persen secara tahunan.
Baca juga: Bank BJB Terus Catat Pergerakan Impresif, Raup Laba Bernilai Mewah, Angkanya Lewati Rp 1 Triliun
Lalu, nilai aset pun berkembang 3,1 persen secara tahunan atau menjadi Rp 177,7 triliun.
Agar kinerjanya tetap mentereng, Yuddy Renaldi, Direktur Utama bank bjb, mengungkapkan jurus dan strategi perbankan berlabel Badan Usaha Milik Daerah (BUMD0 tersebut.
Yuddy Renaldi menegaskan, pihaknya terus bekerja keras menjaga bahkan lebih menggairahkan perkembangan positif itu.
Baca juga: BI Tidak Ubah Suku Bunga Acuannya, Ini yang Jadi Dasarnya
Caranya, ucap dia, pengelolaan asset dan liabilitas secara optimal. Lalu, sambungnya, memperbesar fee based income.
Selain itu, sahut Yuddy Renaldi, menerapkan pola efisiensi, baik berkenaan dengan suku bunga maupun beragam aktivitas operasional.
“Kami pun mengoptimalisasikan pengelolaan ekosistem, dan menggeliatkan product holding para nasabah existing,” tandasnya.
Baca juga: Mau Hadiah Saat Bayar Kuliah? BJB Punya Eduprize, Ikuti Programnya
Jurus lainnya, sambung Yuddy Renaldi, yakni tetap selektif agar tetap menorehkan pertumbuhan berkualitas sekaligus menjaga yield yang memadai.
Termasuk, beber dia, menetapkan proyeksi penyaluran kredit, yang hingga akhir 2023, target perkembangannya pada posisi 9-11 persen.
“Supaya target penyaluran kredit 9-11 persen hingga akhir 2023 tercapai, kami memprioritaskan kredit ber-yield tinggi agar tercipta keseimbangan biaya dana yang mengalami tekanan,” urainya. (*)