KORANMANDALA.COM – Idul Adha, salah satu Hari Raya bagi ummat Islam yang sudah seharusnya disambut dengan sebaik-baiknya oleh seluruh ummat Islam karena merupakan ibadah yang apabila benar mengamalkannya maka akan menjadi nilai positif di sisi Alloh SWT dan mendapatkan keutamaan-keutamaan sebagai seorang hamba Alloh SWT.
Dalam menyambut dan mengisinya tentunya ada amal-amal yang harus dilakukan, berikut sekurang-kurangnya amal sebagai persiapan dan pengisi Idul Adha,
Shaum Dzulhijjah
Shaum ini dilaksanakan pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah, tepatnya pada tanggal 1 – 7 Dzulhijjah. Disebutkan dalam sebuah hadits yang berasal dari Ibnu Umar RA. tentang keutamaan shaum Dzulhijjah.
Rosuululloh Muhammad SAW bersabda : “Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Alloh dan amal sholih di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya dari pada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah).”
(HR. Ahmad, dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir)
Seperti yang dicatat Ibnu Abbas, 10 hari sebelum Idul Adha memiliki catatan bersejarah dalam ajaran Islam. Pada hari pertama bulan Dzulhijjah, terjadi peristiwa dimaafkannya Nabi Adam oleh Alloh SWT karena kesalahannya memakan buah khuldi. Hari kedua Dzulhijjah dikenal sebagai hari penyelamatan Nabi Yunus oleh ikan Nun.
Sementara itu, hari ketiga bulan Dzulhijjah merupakan waktu di mana doa Nabi Zakaria untuk memiliki keturunan, Yahya, dikabulkan oleh Allah. Hari keempat menandai kelahiran Nabi Isa, sementara hari kelima adalah hari kelahiran Nabi Musa. Pada hari keenam, terjadi kemenangan para Nabi dalam perjuangan mereka untuk menegakkan Islam. Akhirnya, pada hari ketujuh bulan Dzulhijjah, pintu neraka ditutup.
Shaum Tarwiyah
Shaum Tarwiyah merupakan puasa yang dilakukan pada hari ke-8 bulan Dzulhijjah. Adapun keutamaan dari puasa Tarwiyah ini tercantum dalam sebuah hadits, berikut ini:
“Barangsiapa berpuasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan, untuk puasa pada hari Tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk puasa hari Arafah seperti puasa dua tahun.”
(HR. Ali Al-Muairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, dan Ibnu Abbas).
Shaum Arofah
Shaum Arofah merupakan puasa yang dikerjakan pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah. Tepat sehari sebelum Idul Adha. Adapun keutamaan puasa Arafah yang datang dalam hadits shahih,
Rasulullah Saw bersabda :” Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”
(HR. Muslim).
Memperbanyak Takbir
Saat Idul Adha, ummat Islam disunahkan untuk membaca takbir, tahmid, dan tahlil yang dimulai setelah selesai sholat Subuh pada pagi hari Arofah (9 Dzulhijjah) sampai dengan akhir hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
Mandi Sebelum Sholat Idul Adha
Mandi sebelum melaksanakan sholat Idul Adha juga menjadi sebuah amalan yang disunahkan. Waktu sunnah untuk mandi yaitu pada dini hari sebelum subuh, atau setelah sholat subuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Namun, yang lebih utama adalah mandi sesudah subuh di hari Idul Adha agar badan dalam kondisi bersih dan segar sebelum berangkat menunaikan sholat Id.
Sayyidina ‘Ali bin Abu Tholib serta Abdullah bin Umar diceritakan sudah membiasakan diri untuk mandi sebelum melakukan Sholat Id. Bahkan, kesunahan mandinya sama dengan ketika mandi sebelum sholat Jumat.
Memperindah Diri dengan Pakaian Terbaik dan Wangi-wangian
Ummat Islam yang menghadiri sholat Idul Adha juga disunahkan agar berpenampilan rapi dengan mengenakan pakaian terbaik, bersih sekaligus suci. Selain itu disunahkan juga untuk menggunakan wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, serta menghilangkan bau tidak sedap. Hal ini juga tertulis dalam beberapa hadits, sebagai berikut :
“Dari Ja’far Ibnu Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya (dilaporkan) bahwa Nabi Muhammad SAW selalu memakai wool (burdah) bercorak [buatan Yaman] pada setiap Id.”
[HR. asy-Syafi’i dalam kitabnya al-Musnad, I:152, hadis nomor 441].
Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu ‘anhu berkata: “Rosuululloh Muhammad SAW menyuruh kami agar memakai pakaian terbaik dan wewangian terbaik yang kamu miliki pada dua hari raya.”
(HR. Al-Hakim).
Melaksanakan Sholat Sunnah Idul Adha
Sebagaimana hadits dari Ibnu Umar RA, bahwa Rosuululloh Muhammad SAW, Abu Bakar, dan Umar Bin Khothob RA, mereka biasa melakukan sholat dua rakaat di hari raya sebelum berkhutbah.”
(HR Al Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Muslim).
Makan Setelah selesai Sholat Idul Adha
Sunnah mengenai aturan sunnah makan saat hari raya ini terdapat perbedaan antara Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari raya Idul Fitri disunahkan untuk makan sebelum melaksanakan sholat Id. Sementara ketika hari raya Idul Adha, disunahkan untuk makan setelah selesai melaksanakan sholat Id. Hal ini sesuai dengan sunnah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
“Diriwayatkan dari ‘Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya [yaitu Buraidah Ibnu al-Husaib] ia berkata: Rosuululloh Muhammad SAW pada hari Idul Fitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sampai sholat lebih dahulu.” [HR. at-Tirmidzi].
Pergi dan Pulang Mengambil Jalan yang Berbeda
Amalan yang juga disunahkan adalah memilih jalur jalan ke masjid antara pergi dan pulang yang berbeda. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
“Nabi Muhammad SAW ketika sholat ‘Id, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.”
(HR. Al Bukhori).
Berkurban / Menyembelih Hewan QURBAN
Kurban dilaksanakan pada hari tasyrik bulan Dzulhijjah yaitu tepatnya di Hari Raya Idul Adha. Sunnah Idul Adha untuk berkurban ada dalam hadis Imam Bukhori dan Imam Muslim:
“Rosuululloh Muhammad SAW beribadah kurban 2 ekor domba warna putih bersih dan bertanduk bagus. Aku melihat Rosul meletakkan kakinya ke atas sisi tanduk (kanan) hewan kurban itu sambil menyebut nama Alloh dan bertakbir. Rosuululloh menyembelih kedua hewan kurban itu dengan tangannya sendiri”.
Itulah amal persiapan menjelang dan mengisi Idul Adha.
Namun ada hal seringkali terlupakan dalam Idul Adha, yaitu spirit atau semangat pembebasan Masjid Al Aqshoo di Palestina yang saat ini sedang berada didalam kungkungan Zionis Israel yang dengan berbagai kekejiannya terhadap para pembela Al Aqsho yaitu saudara-saudara seiman seIslam kita di Palestina.
Karena akar sejarah pelaksanaan ibadah Idul Adha terkait erat pula dengan perjuangan Nabi Ibroohiim AS dan keluarganya terutama perjuangan istri beliau Siti Hajjar Ibunda dari Nabi Isma’il AS, yang merupakan asli dari tanah Palestina.
Maka IDUL ADHA seharusnya juga merupakan Ingatan bagi Diri dan seluruh Ummat untuk bangkit meLawan Agresor zionis israel Dan ada pergerakan atau Harokah yang kuat untuk pembebasan Al Aqshoo.
Semoga bermanfaat.
“PROF.AKRONIM” Dadan AHMAD Sundayana, IPhMA.