KORANMANDALA.COM – Permaian tradisional sudah mulai ditinggalkan generasi muda saat ini, lantanran terus berkembangnya permainan moderen berbasis teknologi.

Permainan tradisional seperti egrang, gampar, gatrik, congkak, bedil peletok, tatawanan dan ucing-ucingan tetap mempertahankan tempatnya sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia.

Upaya ini tidak sekadar untuk mempertahankan warisan budaya, tetapi juga untuk mempromosikan interaksi sosial dan aktivitas fisik di kalangan generasi muda yang semakin terpapar dengan teknologi modern.

Baca Juga : Jelang Perayaan Hari Anak Nasional Tahun 2024, PLN UP3 Bandung Berikan Bantuan Total Rp245 Juta kepada Anak-Anak Disabilitas

Meskipun modernisasi telah mengubah pola bermain anak-anak, sebagian permainan tradisional masih bertahan dan terus dimainkan.

Permainan-permainan ini tidak hanya mengisi waktu luang, tetapi juga memberikan manfaat signifikan seperti meningkatkan refleks, kebugaran, dan mempererat kebersamaan di antara mereka.

Enjang Mahfud (40), pemerhati budaya di Kampung Ciheulang Tonggoh, Kecamatann Ciparay Kabupaten Bandung, mengungkapkan, permainan tradisional memberikan kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak. Selain aktif, permainan ini juga mengajarkan kerjasama dan interaksi sosial.

Namun, tantangan besar menghadang upaya pelestarian ini. Kata Enjang minat terhadap permainan tradisional menurun karena dominasi permainan modern dan pengaruh gadget, yang semakin memengaruhi pola bermain anak-anak.

Enjang menyampaikan bahwa masih ada anak-anak yang bermain permainan tradisional meskipun itu musiman

“Alhamdulillah, beberapa permainan tradisional masih dimainkan di sini, di Ciheulang Tonggoh, meski tidak sepopuler dulu. Ini menunjukkan adanya minat yang masih tersisa.” Tambahnya.

1 2
Sumber:

Editor: Ipan Sopian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Exit mobile version