Dekorasi Natal kali ini menyuguhkan perpaduan ornamen Sunda dengan elemen Natal, menciptakan suasana yang lebih damai dan khas. Di setiap ruangan gereja, terlihat ornamen payung geulis dan aksesoris lain yang menggambarkan keindahan budaya Sunda.
Selain itu, terdapat juga desain saung ranggon yang diubah menjadi rumah pohon, menggambarkan suasana rumah kayu tradisional Sunda.
“Walaupun dekorasi Natal di Eropa berbeda, di Tasikmalaya kami membawa budaya lokal, seperti mendong, bahan tikar, dan pernak-pernik kayu. Semua itu memberikan sentuhan kreativitas yang sangat terasa tahun ini,” jelas Paul.
Proses persiapan untuk dekorasi ini pun dilakukan dengan sangat telaten. “Kami sudah mulai mempersiapkan sejak dua bulan lalu, dan selama empat minggu menjelang Natal, kami menyusun segala persiapan, termasuk memasang empat lilin di depan altar sebagai bagian dari menyambut Natal,” ungkapnya.
Paul berharap melalui perayaan ini, umat dapat merasakan bahwa menggereja di tanah Sunda bukan hanya soal ibadah, tetapi juga mengenal dan merayakan budaya setempat.
“Kami berharap Natal kali ini membawa makna bahwa kita harus saling menguatkan antar sesama, dan budaya Sunda menjadi bagian dari kehidupan kami dalam menggereja,” pungkasnya.***