Individu kedua dilepaskan pada 2022, bernama Rasi, macan betina bercorak tutul terang. Kamera jebak mencatat Slamet Ramadhan terakhir terlihat pada April 2023, sedangkan Rasi terpantau pada Juli 2024.
Selama periode Juni hingga Desember 2024, Balai TNGC juga berhasil memantau tiga individu asli (native) Macan Tutul Jawa, terdiri dari dua jantan bercorak hitam dan satu jantan bercorak tutul terang.
Secara keseluruhan, total individu Macan Tutul Jawa yang berhasil terpantau di kawasan TNGC selama 2024 berjumlah empat ekor, terdiri dari tiga individu asli dan satu hasil introduksi, yaitu Rasi. Sementara itu, Slamet Ramadhan belum terdeteksi pada 2024.
Keberhasilan ini tidak lepas dari metode pemantauan yang semakin baik, serta dukungan berbagai pihak, seperti Tim Monitoring Balai TNGC, masyarakat sekitar, dan Yayasan SINTAS Indonesia.
Selain menyediakan informasi keberadaan Macan Tutul Jawa, masyarakat mitra TNGC juga mendampingi tim selama pemantauan.
Yayasan SINTAS Indonesia turut berkontribusi dalam desain survei, penerapan SOP, hingga pengolahan data dari kamera jebak.
Saat ini, TNGC juga terlibat dalam program Javan Wild Leopard Survey (JWLS) yang didukung oleh Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Sumber Daya Genetik (KKHSG) dan Yayasan SINTAS Indonesia.
Program ini bertujuan menduga struktur populasi Macan Tutul Jawa di seluruh Jawa, dengan hasil survei diharapkan tersedia pada 2025.
Meskipun secara naluriah Macan Tutul Jawa cenderung menghindari manusia, para pendaki tetap diimbau untuk waspada.
Penting untuk selalu mematuhi prosedur pendakian, seperti memulai pendakian sesuai jadwal, mengikuti jalur yang telah ditentukan, menjaga kelestarian kawasan, dan segera melaporkan tanda keberadaan Macan Tutul Jawa kepada petugas atau pengelola jalur pendakian.
Langkah ini tidak hanya memastikan keselamatan pendaki, tetapi juga membantu pelestarian satwa endemik Pulau Jawa yang terancam punah ini.