Cicadas dengan Sepak Bola
Kawasan Cicadas tidak hanya berkaitan dengan aspek sosial budaya, namun pada masa tersebut, masyarakat setempat juga turut berperan dalam dunia olahraga.
Mereka membentuk sebuah klub sepak bola yang bernama Persit (Persatuan Sepakbola Tjitjadas, dengan ejaan lama).
Informasi mengenai hal ini ada dalam pemberitaan AID de Preangerbode edisi 3 Oktober 1957, yang memuat jadwal pertandingan kompetisi antarwilayah dalam lingkungan Persib (Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung).
Pertandingan tersebut berlangsung di Lapangan Sepak Bola SIDOLIG, dengan tim IKB (Banjaran) menghadapi Persit (Cicadas), diikuti dengan pertandingan antara Persit melawan Persiran (Rancaekek), dan akhirnyadengan laga antara Persiran dan IKB.
Periode Persiapan di Cicadas pada Tahun 1945-1946
Meskipun kawasan Cicadas terkenal sebagai area yang sibuk, dengan aktivitas perdagangan yang padat dan lalu lintas yang seringkali macet, kawasan ini menyimpan jejak sejarah yang kerap terlupakan, khususnya pada periode akhir 1945 hingga pertengahan 1946.
Berdasarkan catatan sejarah, pada masa tersebut, banyak pihak Indonesia yang melakukan pembumihangusan terhadap sejumlah bangunan milik Belanda dan Tionghoa di Bandung.
Salah satu kawasan yang terkena dampaknya adalah jalur Jalan Raya Timur, yang membentang dari Terminal Cicaheum hingga Ujungberung.
Saat ini, jejak-jejak bangunan kuno peninggalan era kolonial sangat sulit ditemukan, kecuali sebagian kecil yang masih tersisa di sekitar Cicaheum.
Dalam edisi Provinciale Drentsche en Asser yang terbit pada 23 November 1945, bahwa Bandung tengah dilanda sejumlah kerusuhan serius, termasuk pembunuhan terhadap orang-orang Eropa dan Indo yang terus berlangsung setiap hari.
Di kawasan Cicadas, kelompok RAPWI Belanda dan seorang warga Belanda lainnya diculik, sementara insiden penembakan juga tercatat terjadi di daerah tersebut.