Transformasi Gunung Bandung Purba dan Proses Pembentukan Wilayah Bandung Raya
Pada masa Pleistosen, terjadi runtuhnya Gunung Sunda Purba, yang kemudian terbentuklah Patahan Lembang.
Bukti geologis yang mengindikasikan peristiwa ini masih dapat ditemukan, salah satunya berupa endapan fosil vertebrata yang terdapat di Sungai Citarum, tepatnya di sebelah barat Batujajar.
Pada periode Holosen, sekitar 11.000 tahun yang lalu, Gunung Tangkubanparahu terbentuk sebagai anak dari kaldera Gunung Sunda.
Gunung ini mengalami beberapa erupsi besar, termasuk tiga yang signifikan, yang menghasilkan lava dan abu yang menutupi bagian utara kota Bandung. Erupsi besar kedua terjadi sekitar 6.000 tahun yang lalu, yang kemudian abadi dalam legenda rakyat mengenai “perahu” yang terbalik akibat tendangan Sangkuriang.
Material hasil dari erupsi besar kedua ini menyebabkan penyumbatan pada Sungai Citarum di Lembah Cimeta, di utara Padalarang, yang kemudian membentuk Danau Bandung Purba, atau yang lebih terkenal dengan nama Situ Hiang.
Sekitar 4.000 hingga 3.000 tahun yang lalu, air Danau Bandung Purba mulai surut, sehingga dataran tinggi Bandung pun mulai muncul. Sungai Citarum kembali mengalir, menembus Bukit Rajamandala dan melewati terowongan alami Sanghiangtikoro.
Dataran tinggi Bandung, yang kini berada sekitar 725 meter di atas permukaan laut, dulu sekelilingnya merupakan gunung api dan bukit batu kapur di sisi barat. Bukit kapur Padalarang itulah yang menjadi saksi bisu bahwa kawasan ini pernah berada di dasar laut.
Luas dataran tinggi Bandung yang dulunya merupakan Situ Hiang, membentang dari Cicalengka di timur hingga Padalarang di barat sepanjang 50 km, serta dari Bukit Dago di utara hingga Soreang-Ciwidey di selatan sepanjang 30 km. Dengan ukuran yang hampir tiga kali lipat wilayah DKI Jakarta, dataran tinggi ini kini menjadi bagian dari wilayah Bandung Raya.