KoranMandala.com –Kelestarian hutan bukan hanya soal pengelolaan alam, tetapi juga perhatian terhadap masyarakat sekitar. Dukungan dari berbagai pemangku kepentingan menjadi modal penting dalam menjaga lingkungan tetap lestari.
Hal ini disampaikan oleh pegiat lingkungan, Maman Mezic, dalam Forum Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Yayasan Sado Aan Sugianto Mas (Teater Sado) Kuningan di Sekretariat Aktivitas Anak Rimba (AKAR) pada Minggu, 2 Februari 2025.
FGD ini secara khusus membahas kondisi ekologis Kuningan sebagai inspirasi dalam penciptaan seni dan budaya.
Drakor Unmasked Capai Prestasi Peringkat Yahud dalam Situs Ini!
Menurut Mezic, kepedulian terhadap lingkungan harus ditanamkan sejak dini agar generasi mendatang memiliki kesadaran yang kuat dalam menjaga alam.
“Kelak anak cucu kita akan bertanya, apa yang sudah kita lakukan? Oleh karena itu, kepedulian terhadap lingkungan harus diekspresikan melalui berbagai cara,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa tanggung jawab menjaga lingkungan bukan hanya milik individu atau kelompok tertentu, melainkan tugas bersama.
Perubahan adalah sesuatu yang tidak terelakkan, tetapi harus diarahkan dengan baik. Kuningan, katanya, tidak bisa menutup diri dari perkembangan zaman.
Sebaliknya, potensi daerah harus dieksplorasi dengan tetap berpedoman pada regulasi yang jelas.
“Kita memiliki Gunung Ciremai, yang ibarat ibu bagi kehidupan. Kearifan lokal yang ada di sekitarnya harus ditransfer kepada generasi penerus dengan format yang sesuai zaman,” tambah Mezic.
Dalam kesempatan yang sama, budayawan sekaligus musisi Tabuhan Nusantara, Yusup Oeblet, menegaskan bahwa seni dan budaya bisa menjadi media yang lebih kreatif dan kontekstual dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Kegiatan yang digelar oleh Bumi Seni Tarikolot (BST) merupakan salah satu contoh bagaimana seni bisa menjadi wadah edukasi dan ekspresi. Melibatkan seniman dan budayawan dalam forum seperti ini adalah langkah awal untuk menciptakan terobosan nyata,” jelasnya.
Ia juga mengakui bahwa dukungan dari berbagai pihak, terutama para tokoh seniman dan budayawan, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan gagasan yang telah dibahas dalam FGD tersebut.
FGD ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh, antara lain Prof. Suwari, Dr. Bias Lintang Dialog selaku Ketua Yayasan Sado, Pupun Kapten, novelis Peni Apriani, sutradara Ipung D. Kusmawi, pelaku ekonomi kreatif Eka Komara, serta pegiat budaya Ence Bagus dan Agung M. Abul.
Melalui diskusi ini, diharapkan muncul kesadaran kolektif untuk menjaga kelestarian Gunung Ciremai dan mempertahankan kearifan lokal yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kuningan.***