KoranMandala.com -Di tengah arus modernisasi, Muhamad Andi Lesmana (41) tetap melestarikan budaya Sunda melalui Dapur Budaya Sunda Rancage. Usaha ini ia dirikan di Dusun Cibitung, Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara.
Sejak 2016, Andi dan timnya memproduksi Totopong, ikat kepala khas Sunda, dengan berbagai model dan filosofi mendalam.
Beberapa model Totopong buatannya antara lain Mahkuta Wangsa, Merak Ngibing, Candra Sumirat, Buaya Ngangsar, dan Totopong Bali.
Asal Usul Nama Sumedang dan Sejarah Kerajaan Sumedang Larang
Harga Totopong berkisar antara Rp15.000 hingga Rp125.000, tergantung model dan tingkat kesulitan pembuatannya.
Produk Totopong Andi laku di Sumedang, Jawa Barat, hingga luar daerah, seperti Palembang.
“Awalnya, kami ingin membuat Totopong lebih praktis, tetapi tetap mempertahankan estetika dan filosofi Sunda,” kata Andi, Minggu (16/2/2025).
Salah satu karyanya, Totopong Merak Ngibing, terinspirasi dari merak yang melambangkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Andi mengatakan, pada 2017–2018, ia mendapat bantuan mesin jahit dari Disperindag untuk meningkatkan produksi.
Namun, keterbatasan alat masih menjadi kendala utama dalam mengembangkan usahanya lebih luas.
“Saat ini, ada tiga hingga empat warga sekitar yang kami berdayakan untuk membuat Totopong,” ujarnya.
Mereka awalnya tidak memiliki keterampilan menjahit, tetapi kini mampu menghasilkan produk berkualitas.
Totopong Dapur Budaya Rancage menarik perhatian tokoh seperti Dedi Mulyadi, Herman Suryatman, dan Ridwan Kamil.
Tokoh lain seperti Anies Baswedan, Sandiaga Uno, dan Tito Karnavian juga pernah memakai Totopong buatannya.
Pada 2020, mereka mendapat pesanan 1.000 Totopong dalam seminggu dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Andi ingin Totopong menjadi bagian identitas masyarakat Sumedang melalui kebijakan seragam adat di sekolah.
“Banyak daerah bangga dengan motif khas mereka, Sumedang juga harus punya kebanggaan sendiri,” kata Andi.
Selain Totopong, Dapur Budaya Sunda Rancage juga mengembangkan ragam hias khas Sumedang untuk batik dan seragam.
“Kami berharap pemerintah lebih mendukung pengrajin lokal agar budaya kita tetap lestari,” ucapnya.