KORANMANDALA.COM – Sega Jamblang alias nasi Jamblang, dikenal sebagai kuliner khas Kota Udang, Cirebon.
Mencari Kedai penjual Sega Jamblang ini tidak begitu sulit, karena hampir tersebar di setiap sudut kota Cirebon.
Terutama di tempat keramaian seperti pasar, terminal, depan Mall dan pelabuhan. Bahkan bagi penikmat Sega Jamblang di luar kota, seperti di Kuningan, Indramayu dan Majalengka sudah ada agen-agen Sega Jamblang.
Fasilitas yang jualan tidak hanya di tempat kedai, tetapi di kaki lima pun sudah banyak tersebar.
Ciri khas dari Sega Jamblang ini nasinya berbungkus daun jati dengan menu yang ditawarkan bervariasi.
Pendamping nasi yang khas Jamblang sejatinya yakni, sayur tahu, tempe goreng, perkedel kentang, ikan asin dan sambal irisan cabe merah.
Sedangkan menu lain berupa pepes ayam, bistik ati/daging sapi, ikan pari, ati ayam, sate usus, otak-otak, udang goreng, blakutak, ampas kecap, sate kentang dan menu lainnya.
Bila anda makan Sega Jamblang akan merasakan sensasi tersendiri. Nasi yang dibungkus itu menebar aroma daun jati.
Penjual nasi berbungkus daun jati ini, tidak hanya di kedai-kedai, tetapi banyak juga PKL Sega Jamblang yang mangkal di tepi jalan atau emper toko.
Konon menurut Ibu Nur (52) pemilik kedai Sega Jamblang di Jl. Cangkring Cirebon, riwayat keberadaan jajanan kuliner yang satu ini, sudah ada sejak puluhan tahun silam.
Penikmatnya para pekerja buruh dan kuli bangunan. Namun seiring dengan waktu saat ini, banyak penikmat Sega Jamblang dari kalangan menengah keatas.
Ada PNS, pegawai Bank, pengusaha, mahasiswa, pelajar dan profesi lainnya, ungkapnya.
Dari sekian banyak penjual sega jamblang, seorang PKL Sega Jamblang asal Solo, Leo Fernando (26), mangkal di emper toko kawasan Ciperna.
Lokasinya mudah dicari, begitu keluar dari pintu Tol Ciperna jarak hanya 100 meter, posisinya berada di sebelah kiri jalan menuju arah Kuningan.
Leo mengaku baru setahun jualan nasi jamblang. Sebelumnya bekerja sebagai penjual kudapan “Kebab” di Jakarta hampir 10 tahun.
Gara-gara terdampak pandemi Covid-19, selama dua tahun, pengusahanya kolap dan jualan Kebab pun sepi.
“Akhirnya saya memutuskan jualan sega jamblang di Cirebon,” tutur dia.
Sega berikut lauk pauknya dapat ngambil dari Bu Saeni ‘grosir’ di Desa Jamblang.
“Alhamdulillah dalam setahun terakhir ini, diberi rizki oleh Allah. Pemasukan kotor pada hari-hari biasa diatas Rp 300 ribu. Sedangkan akhir pekan bisa Rp 500 ribu bahkan bisa di angka Ro 700 ribu lebih,” tutup Ayah dari seorang anak ini.(*)