KORANMANDALA.COM – Sumpitan adalah salah satu cabang olahraga tradisional yang ditampilkan pada Pekan Olahraga tradisional Nasional (Portradnas) Ke IX yang digelar di Linggarjati, Cilimus, Kabupaten Kuningan, 12 – 15 Juni 2023.
Menpora RI Ario Bimo Nandito Aritedjo, mengawali Sumpitan pertama sebagai tanda dimulainya perhelatan Portradnas Ke IX 2023 dengan tema Tradisional Lestari, Bugarkan Indonesia.
Untuk mengenal lebih dekat cabang olah- raga tradisional yang satu ini, berikut riwayat cikal bakal lahirnya Senjata khas Kalimantan Barat yang dikenal dengan nama Sumpitan.
Sumpitan, sepet atau sumpit adalah senjata khas yang dapat dipergunakan untuk berburu binatang dan alat pertahanan diri yang cukup handal bagi masyarakat Dayak Taman yang berdomisili di 7 kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu.
Konon pada jaman dahulu, sumpitan dikenal sebagai alat kelengkapan para ksatria dan diyakini menyimpan kekuatan magis.
Keterampilan dalam pembuatan senjata ini diperoleh sebagai warisan turun temurun dari nenek moyang mereka.
Menurut kepercayaan orang Taman, saat sepasang manusia pertama, yang bernama Bai? Kunyanyi dan Piang Tina, diciptakan di dunia ini oleh Dewa Pencipta (Sampulo), mereka diajarkan untuk hidup di dunia.
Salah satu caranya adalah dengan maniang alat. Bagi pria, digunakan untuk mengajarkan bagaimana cara membuat sumpitan.
Bahan untuk membuat senjata tradisional yang pada umumnya dipergunakan untuk berburu ini tidak sembarangan.
Jenis kayu dan getah racun yang dipergunakan selama ini dipilih dari bahan-bahan alam yang terbaik dan telah teruji.
Berikut Deskripsi secara khusus tentang bagian-bagian dari sumpitan adalah sebagai berikut :
1) Batang sumpitan terbuat dari kayu berbentuk bulatan panjang dengan lubang di dalamnya.
Kayu yang digunakan untuk membuatnya, antara lain adalah kayu bunyau (Meliac aglaia tomentosa T. et. B), penyau? (Dipt. Shorea laevifolia endert), kebaca (Melanorrhoea wallichii hook. f.) dan tapang (Koompassia excelsa taub).
Diameter batang sumpitan sekitar 3-3,5 cm dan diameter lubangnya antara 1-1,2 cm. Sedangkan panjang sumpitan disesuaikan dengan panjang lengan pemiliknya, kira-kira satu depa atau sekitar 1,5-2 m.
2) Bubulis atau mata tombak terbuat dari besi baja. Fungsinya adalah untuk mengakhiri gerak binatang buruan yang terkena oleh anak sumpitan.
Bentuk bilah mata tombak halus meruncing dan tidak ada kait. Panjang mata tombak sekitar 20-30 cm.
3) Tajuk pitaa/kait pitaa adalah pengintai titik sasaran yang terbuat dari besi dan diikatkan pada sisi berlawanan dengan mata tombak.
Ujung pengintai menyembul sejajar dengan batang sumpit. Fungsi tajuk pitaa/kait pitaa adalah sebagai patokan titik fokus sasaran yang akan dituju.
4) Poondo adalah anak sumpitan yang terdiri dari 3 bagian utama, yakni batang anak sumpitan, mata panah dan gabus pendorong.
Bentuk pondoo seperti lidi yang dilengkapi dengan gabus pendorong (terletak sekitar 3-5cm di bagian belakang).
Batang anak sumpitan terbuat dari pelepah batang (ibul) pohon enau atau pohon nibung.
Adapula yang terbuat dari kayu belian dan ujungnya diberi mata panah terbuat dari perak. Bagian tertentu dari mata panah diberi racun yang terbuat dari getah kayu (upas) yang disebut juga ipuh.
Dosis pemberian racun pada anak sumpitan beragam takarannya. Gabus pendorong terbuat dari sejenis kayu gabus yang disebut tangalas.
Merupakan tumbuhan semak, terdiri dari bagian kulit yang tidak terlalu tebal dan isi batangnya bertekstur lembut.
5) Pasun adalah kayu yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga dapat dipergunakan sebagai cetakan untuk membuat gabus pendorong anak sumpitan.
Besar pasun disesuaikan dengan besarnya lubang batang sumpitan supaya daya dorong gabus menjadi optimal.
Pasun yang bisa dibuat dari kayu belian atau kayu tapang berbentuk runcing di bagian depannya, tetapi di bagian tengah mengecil seperti jarum.
6) Tangkalan adalah semacam tabung yang terbuat dari bambu agak tebal (paring). Berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan anak sumpitan, baik yang telah diberi racun maupun yang belum.
Untuk membedakannya, anak sumpitan yang telah diberi racun dimasukkan ke dalam bambu berukuran kecil (buluh) sebelum disimpan di dalam tangkalan.
Sedangkan yang belum diberi racun langsung dimasukkan begitu saja ke dalam tangkalan. Tinggi tangkalan umumnya 30-35 cm.
Bagian luarnya terdapat kayu pengait yang dilekatkan ke tangkalan dengan cara mengikatnya dengan rotan (dianyam).
7) Pangkalabuuan adalah wadah yang terbuat dari buah labu air berukuran kecil dan memiliki tutup terbuat dari kayu.
Fungsinya untuk menyimpan racun (upas), terutama ketika melakukan aktivitas berburu ke tempat-tempat yang jauh.
Dengan demikian, jika mata sumpit beracun yang disiapkan dari rumah telah habis digunakan, maka pemburu dapat menyiapkan mata sumpit beracun baru dengan cara memanaskan upas dan mengoleskannya pada mata sumpit itu.
8) Anak basi/parang keke/seraut adalah sejenis pisau kecil yang dipakai untuk membuat anak sumpitan. Alat ini dapat dipergunakan untuk meraut batang anak sumpitan ataupun gabus pendorong.
Disebut anak basi karena pisau kecil ini biasanya diletakkan pada sisi dalam dari mandau. Pembuatan sumpitan cukup rumit terlebih bagi seseorang yang tidak memiliki kemampuan/ keterampilan yang memadai.
Batang sumpitan diolah dari kayu berukuran 8×8 cm, dengan panjang sekitar 1,5-2cm. Pada saat akan dibentuk, kayu tersebut diikatkan pada sebatang kayu besar (biasanya tiang rumah panjang/betang).
Untuk menjamin akurasi dan presisi batang sumpit tersebut digunakan teknik tertentu. Lubang sumpitan dibuat dengan alat yang disebut kulubu, yaitu mata gurdi sejenis bor besi.
Kulubu itu diikatkan pada sebatang kayu berulir (berfungsi sebagai pemutar), diujung kayu itu diikat denga tali dan bambu (berfungsi sebagai tuas).
Apabila lubang kayu telah terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah menghaluskan permukaannya dengan daun pohon terap.
Setelah itu batang sumpit dibentuk dengan cara menatah permukaan kayu yang telah berlubang itu. Di tahap akhir, mata tombak dianyamkan (ditete/intoloon) pada ujung depan batang sumpitan sehingga terikat dengan kuat.
Alat untuk menganyam/mengikat mata tombak terbuat dari rotan kecil (ue? saniik). Dalam perkembangannya kini, sumpitan tidak lagi dipergunakan sebagai senjata tradisional melainkan telah diangkat menjadi salah satu jenis permainan tradisional Kalimantan Barat.(*)