KORANMANDALA.COM – Berawal dari rasa kepedulian terhadap pendidikan anak-anak dari mulai usia Taman Kanak kanak hingga kejenjang SMP, Yayasan Baytul Qur’an Heryanto yang berlokasi dikomplek Perumahan Cempaka, Karangpawitan, Kabupaten Garut, memang perlu diacungi jempol.
Pasalnya, anak-anak yang mendapat pendidikan agama Islam tersebut, sama sekali tidak dipungut bayaran.
“Untuk saat ini kami tidak meminta bayaran kepada orang tua siswa,” tutur Pembina Yayasan, Kris Heryanto, saat di temui di ruang kerjanya kepada koranmanadala.com, Jum’at, 7 Juli 2023.
Kiprah yayasan tersebut dalam membina anak – anak,memang cukup beralasan. Awalnya, di masa Covid 19, berdampak kepada kelangsungan pendidikan anak-anak tidak masuk sekolah.
“Timbul merasa kasihan karena sama sekali tidak ada kegiatan.” ujarnya.
Maka, dari dasar ini muncul gagasan untuk mengisi kekosongan kegiatan sekolah anak-anak.
“Kami berembug bersama anak-anak, memikirkan jalan keluar untuk mengisi kegiatan anak-anak tersebut, agar jangan sampai terhenti. Maka untuk pertama kali melaksanakan kegiatan di dalam rumah,” tutur Kris Heryanto.
Awalnya hanya diikuti 8 orang anak saja, namun seiring berjaknnya waktu, jumlah anak-anak yang mengikuiti pun bertambah.
Akhirnya untuk keabsahannya dibuatkan yayasan,dengan tujuan untuk lebih luas dan sekaligus mendapat payung hukum.
Bentuk kegiatannya pun berangsur menyesuaikan ke dalam bentuk sistem pendidikan resmi seperti mandrasah.
“Untung ada sedikit rejeki secara kebetulan ada rumah yang akan dijual. Atas kesepakatan bersama rumah tersebut, setelah dibeli kini dijadikan madrasah, walau ukurannya tidak cukup besar, tapi bisa membuka tiga ruang kelas belajar,” tambahnya.
Kini jumlah siswanya pun bertambah menjadi 75 orang, dan terbagi dalam empat rombongan belajar (rombel) yang bernaung di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al Fakih.
Saat ini madrasahnya pun masih menggunakan fasilitas seadanya, hanya duduk lesehan beralaskan karpet atau tikar dan meja belajar panjang ukuran 30 Cm X 2 meteran. Pun demikian dengan tenaga pengajarnya.
Alhamdulillah, siswanya pun tidak hanya berasal dari lingkungan sekitar saja, namun ada juga mereka yang berasal dari luar kecamatan.
“Tetap kami masih tidak memungut bayaran,” tegasnya.
Disinggung terkait biaya operasional madrasah, Kris mengatakan bahwa biaya tersebut didapat dari hasil menyisihkan gaji dan keuntungan dari warung yang dikelolanya.
Selain itu, ada juga biaya dari sumbangan anak-anaknya yang sudah berkerja mandiri, untuk membantu biaya operasional madrasah yang dikelolanya.
“Pertama saya menyisihkan dari gaji, kemudian dari keuntungan warung serta terakhir sumbangan dari anak -anak saya yang kini sudah bekerja. Itulah biaya untuk menutupi kebutuhan operasional pendidikan ini. Para tenaga pendidik yang berjumlah tiga orang itu, mereka pun menerimanya dengan senang hati,” aku Kris.
Namun demikian, diakui Kris, tidak menutup kemunginan jika pihaknya mendapatkan bantuan dari pihak luar.
“Saya sangat berterimakasih dan terbuka kepada siapapun bila ada yang mau membantu,” ungkap dia.