KORANMANDALA.COM – Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan dikenal sebagai kampung toleransi, yang penduduknya tidak hanya dihuni oleh pituin suku Sunda tetapi dihuni juga oleh beragam etnis dari berbagai daerah.
Selain suku Sunda, Jawa, Batak, Minang, Tionghoa, Arab, Padang, Medan, Ambon, Papua, dan suku lainnya.
Begitu pun pemeluk agama tidak hanya mayoritas muslim, tapi ada juga pemeluk agama Kristen Katolik/protestan, dan pemeluk kepercayaan.
Termasuk masyarakat Adat Karuhun Urang (AKUR) Sunda wiwitan, dan terhimpun dalam Yayasan Tri Panca Tunggal.
Mereka hidup rukun dan damai dalam bingkai pembauran kebangsaan dibawah binaan Forum kerukunan Hidup Beragama (FKUB) Kabupaten Kuningan.
Wakil Bupati Kuningan, Ridho Suganda, saat hadir ditengah upacara ritual “Seren Taun” 1956 di Cigugur baru-baru ini mengatakan, kampung Toleransi di Cigugur diyakini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan.
Seperti diketahui bahwa, kelurahan Cigugur penduduknya terdiri dari beragam etnis dan berbeda agama maupun kepercayaan, namun dalam keseharian mereka saling menghormati dan saling menghargai.
“Hal ini hendaknya tetap dipertahankan. Masyarakat pun diminta untuk tetap komitmen menjaga nilai-nilai luhur kebudayaan, sehingga Kuningan menjadi Kabupaten Toleransi,” ungkap Ridho.
Semoga kedepan sinergitas antara Yayasan Tri Panca Tunggal Cigugur dan Pemerintah Daerah semakin terjalin dan lebih meningkat, harapnya.
Harapan senada Perwakilan Pupuhu Masyarakat Adat Karuhun Urang/AKUR Gumirat Barna Alam, menyampaikan, terima kasih kepada seluruh stakeholder yang telah berpartisipasi aktif dalam meyukseskan upacara ritual seren taun dengan berbagai agenda kegiatan.
“Upacara seren taun ini sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat adat kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan tetap menjaga kedamaian diantara kita semua,” ungkapnya.
Sementara itu, Bupati Kuningan, Acep Purnama mengatakan, Ritual Seren Taun 1956 Cigugur ini merupakan warisan leluhur dan sebagai ikon penting dalam membawa kewibawaan budaya Kuningan, yang saat ini mendapat pengakuan secara Nasional maupun Internasional.
Menurut Bupati Acep, masyarakat AKUR Sunda Wiwitan adalah sebuah komunitas yang tetap ajeg dengan tetap konsisten menjaga marwah kebudayaan.
Komunitas AKUR tehimpun dalam yayasan Tri Panca Tunggal yang terpola dengan agenda monumental yang dilaksanakan seperti acara ritual seren taun setiap bulan Rayagung.
Seren Taun ini sangat bermakna serta memiliki nilai stimulus dalam melestarikan budaya sesuai dengan tema yang diangkat, “Merawat Budaya Nusantara” bahwa kita sebagai anak bangsa memiliki keharusan memelihara dan memanfaatkan budaya sebagai bagian dari kehidupan manusia. (*)