KORANMANDALA.COM – Subang salah satu desa di Kecamatan Subang Kabupaten Kuningan, Jawa Barat pada bulan Mei 1949 kedatangan pasukan tentara yang menginap beberapa malam di rumah-rumah penduduk.
Mereka tersebar di kampung-kampung dan lereng gunung di kawasan desa Subang, Pamulihan, Legokherang, Cilebak, Jalatrang dan kampung Mandapa.
Mereka menunggu perintah operasi dari MBKD Cop.X4. yang berkedudukan di kampung Cijambu Desa Subang.
Rupanya keberadaan pasukan TNI itu, diketahui mata-mata Belanda, karena setelah tentara Siliwangi meninggalkan Subang, tiba-tiba datang serangan udara oleh dua pesawat pemburu (jager) Belanda dengan senjata 12,7 yang menembaki desa Subang.
Rakyat Subang pun menjadi panik dengan serangan yang membabi buta itu, karena baru pertama kali mengalami serangan udara. Rakyat segera berhamburan lari bercerai berai mencari tempat berlindung.
Akibat serangan itu, 7 orang meninggal diantaranya 2 perempuan bernama Suwi dan Maryamah. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan ‘Subang Didereded’.
Sejak peristiwa itu rakyat Subang ngungsi ke tempat-tempat yang nyaman.
Baca juga: Jelang Pemilu Serentak 2024 Kapolda Jabar Singgung Kondusifitas saat Kunker di Kuningan, Ini Harapnya
Tak lama kemudian tentara Belanda datang lagi lalu menduduki Subang untuk kedua kalinya.
Sementara MBKD pada tanggal 15 Juni 1949 mengeluarkan surat perintah khusus kepada Lettu Herman Sarens Soediro sebagai Komandan Staf Decking MBKD Cop.X4. untuk mengusir Belanda dari wilayah Subang.
Atas perintah itu pada bulan Juli 1949, Herman Sarens Soediro memimpin penyergapan pertama terhadap markas Belanda yang berkekuatan satu kompi.
Satu regu tentara Staf Decking dibantu satu regu pemuda Subang dibawah koordinasi KODM tak gentar menghadapi tentara Belanda.
Terjadilah Vuur contact (kontak senjata). Pertempuran sengit pun tak dapat dihindari. Banyak korban dari pihak Belanda, sedangkan dari pihak pejuang ada korban bernama Muskim asal kampung Cijambu gugur saat bertempur.
Penyergapan kedua dilakukan sore hari sekitar pukul 17.00 WIB. Kala itu tentara Belanda sedang nonton teman-teman bermain sepak bola di alun-alun Subang.
Penyerangan dilakukan dengan mengepung desa Subang dari 3 jurusan. Satu kompi dari arah utara (Pasirkadu pugar) dipimpin Lettu Herman S Soediro, Kompi Aria Kamuning Kuningan dari arah Pasir Manggu dipimpin Lettu Bachrudin, dan satu peleton pemuda Subang dari arah Pasiran Wuni dibawah kordinasi KODM.
Serangan pasukan Siliwangi akhirnya berhasil memporak porandakan tentara Belanda dan banyak korban yang mati dari pihak Belanda.
Akibat penyerangan tentara Siliwangi yang gencar dan terus menerus tiada henti, serdadu belanda kebingungan dalam menerapkan strategi perang dan strategi politik.
Akhirnya mereka meninggalkan daerah Subang, namun sambil pergi meninggalkan Subang, mereka membakar ratusan rumah penduduk.
Bangunan yang dibakar antara lain 667 unit rumah dan 19 Langgar, sedangkan masjid Agung desa dan 3 rumah warga selamat dari kobaran api.
Demikian sekilas kisah perjuangan Rakyat Semesta di Desa Subang, Kuningan. (*)