KORANMANDALA.COM – Meski sudah memasuki usia renta, Abah Waria (81) warga Desa Citangtu, Kuninga ini, masih tetap semangat berjualan untuk mengais rejeki.
Dia terus bertahan menjajakan barang dagangan miliknya yakni peralatan dapur tradisional yang terbuat dari anyaman bambu.
Pedagang anyaman bambu ini mengaku, hampir setiap hari selepas salat subuh, dia berjalan puluhan kilometer, dari pintu kepintu dan dari kampung ke kampung, sambil memikul dagangannya.
Jualan anyaman bambu yang dia dapat dari bandar, ditekuninya sejak puluhan tahun lalu, bermodal Rp550 ribu.
“Saya bukan pengrajin, tetapi beragam anyaman bambu ini didapat dari bandar di kampung Talahab Citangtu,” tutur kakek dari 3 anak dan 4 cucu ini.
“Alhamdulillah, anyaman bambu di era modern ini tetap bertahan meski harus bersaing ketat dengan peralatan dapur yang serba plastik,” imbuh Abah Waria.
Peralatan dapur hasil anyaman bambu dijual dengan harga relatif murah, mulai dari Rp5.000 sampai Rp35.000, tergantung ukuran.
Beragam hasil anyaman yang dijual Abah Waria, seperti, nyiru untuk menampan beras, dan boboko (tempat nasi), dingkul, ayakan, hihid atau kipas anyaman, dudukuy/cetok dan lainnya.
Bila nasib lagi baik, hasilnya lumayan untuk beli sekilo dua kilogram beras berikut lauk pauknya.
“Sebaliknya bila sepi pembeli, sama sekali tidak dapat uang,” keluhnya.
Suka duka kerap mengiringi Abah Waria selama dirinya berjualan, terutama di era tahun 1960-an.
“Saat itu tidak ada ketenangan hidup, karena masih ada gerombolan DI TII di bawah pimpinan Kartosuwiryo,” ungkapnya .
Bahkan diakuinya, pada saat itu banyak warga harus sering mengungsi ke daerah lain, karena diserbu gerombolan DI yang selalu merampas harta benda.
“Biasanya gerombolan DI itu datang tengah malam, maka kami pun terpaksa mengungsi mencari tempat aman dan jauh dari jangkauan gerombolan DI,” kenangnya.
Setelah Kartosuwiryo tertangkap, situasi di desa kembali aman tenang.
“Pengangguran dan kemiskinan kata orang pintar, masih menghiasi NKRI yang saat ini menginjak usia kemerdekaan 78 tahun,” tuturnya.
Namun, terselip harapan Abah Waria kepada pemerintah setempat di sisa perjuangannya menjalani hidup.
“Harapan saya kepada pemerintah melalui Bupati Kuningan, minta bantuan modal demi kelancaran usaha di sisa usia yang semakin renta ini,” kata dia pamit melanjutkan perjalanan keliling kampung. (*)