KORANMANDALA.COM – Dalam membangun branding atau citra sebuah kegiatan, keberadaan logo menjadi hal penting yang tidak bisa dilepaskan, seperti halnya, penyelenggaraan hari jadi sebuah kota.
Di kesempatan kali ini, Kabupaten Karawang tengah mempersiapkan hari jadinya yang ke-390 tahun pada 14 September 2023 nanti.
Nah, Koran Mandala akan membahas, bagaimana desain logonya tercipta? Dan siapakah yang mendesainnya?
Di sela waktu istirahatnya, kami berkesempatan berbincang dengan desainer logo Hari Ulang Tahun (HUT) Karawang sejak 2018 hingga 2023. Nama lengkapnya Abdul Yusup (32), atau sering dipanggil Ucup oleh teman-temannya, dan tinggal di Desa Bengle, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang.
Ucup yang gemar bermain musik ini, telah lama menggeluti seni desain digital. Sejak lulus sekolah SMA pada 2009, dia sering mendapatkan pesanan pembuatan pamflet pertunjukan, hingga kemudian pembuatan logo.
Selang dua tahun kemudian, Ucup aktif menjadi pegiat teater dan terpilih menjadi ketua Komunitas Seniman Muda (Kosim) Karawang.
Dari giat teaternya, dia mulai dikenal dan dipercayai oleh pihak kedinasan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemerintah. Kemudian pada 2019, dirinya dihubungi oleh Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Karawang untuk membuat logo HUT Karawang ke 386 dengan tema Karawang Jamuga.
“Jadi HUT Karawang ke 386, 388, 389, 390 itu dibuat oleh saya, dan 387 itu saya tidak terlibat karena ada kegiatan lain,” kata Ucup yang memiliki dua anak ini saat diwawancarai pada Kamis, 31 Agustus 2023.
Dua tahun kemudian, pada 2021, Ucup dipercayai kembali membuat logo HUT Karawang ke 388 dengan tema Karawang Sarasa.
“Tahun 2020 saya sempat menolak karena ada kegiatan, dan tahun 2021 kebetulan tidak ada kegiatan dipercayai lagi untuk membuat logo,” ucapnya.
Sebuah Pengalaman Berharga dan Kebanggaan Dirasakan
Perasaan yang dirasakan oleh Ucup saat dipercayai membuat logo HUT Karawang diakuinya merupakan pengalaman yang berharga dan sebuah kebanggaan.
“Yang dirasakan saya itu, pengalaman yang berharga dan kebanggaan bagi diri saya karena logonya dipakai oleh seluruh elemen masyarakat saat HUT berlangsung,” ucapnya.
Dia juga mengakui tidak mematok harga saat pembuatan logo.
“Pada awal ditawari membuat logo, saya langsung merespon aja, dan tidak berpikir untuk menghargainya karena memang bagi saya itu sebuah pengalaman yang sangat mahal dan penghargaan bagi pencapaian diri saya,” ujar pria yang senang bercanda ini.
Bekerja Jadi THL di Disparbud Karawang
Setelah logo HUT Karawang ke-388, Ucup ditawari bekerja menjadi Tenaga Harian Lepas (THL) di Disparbud Karawang.
“Sudah buat logo HUT ke 388, orang dinas menawari saya bekerja jadi THL, karena kekurangan sumber daya di dinas,” bebernya.
Saat jadi THL itu, ia diberikan banyak tugas selain membuat desain logo, antara lain pembuatan video promosi pariwisata, poster kegiatan, dan juga desain visual lainnya.
Pada 2022, ia kembali dipercayai membuat logo HUT Karawang ke 389 dengan tema Waluya, Tohaga dan Raharja.
Inspirasi Membuat Logo HUT Karawang
Sejak awal membuat logo, Ucup mengakui terinspirasi dari filosofis tema yang dirancang lebih awal oleh dinas.
“Jadi mengawali membuat desain itu awalnya memahami makna filosofis dari penjelasan dinas, kemudian saya membuat 3 draf desainnya terlebih dahulu untuk kemudian diajukan,” jelas pria lulusan SMA jurusan IPA ini.
Adapun ide bentuk, karakter dan simbol muncul dari pendalamannya mencari referensi dari beberapa literasi atau rujukan buku, dan diskusi dari seniman dan budayawan.
“Tentunya membuat desain tidak sembarang karena ini akan dipakai dalam perayaan yang sakral bagi kota, jadi saya cari banyak referensi dan pendapat dari berbagai seniman dan budayawan,” ucapnya.
Seperti halnya, logo HUT Karawang ke 390 dengan tema Samakta, Nanjeur, Lugina. Logo itupun saat ini tengah dipromosikan oleh Pemkab Karawang.
Di akhir wawancara, Ucup berharap pemerintah bisa mengapresiasi dirinya meski ia mengakui secara pamrih membuat logo tersebut.
“Saat ini saya jadi THL dan memang tidak ada niat ingin meraup nilai dari pembuatan logo itu, dan secara pamrih saya buat meskipun banyak orang sekitar menganggap saya mendapat uang lumayan dari logo itu, tapi saya tidak ambil pusing.”
“Yang pasti saya berharap pemerintah bisa mengapresiasi pembuatan logo itu entah dengan secarik kertas sertifikat atau apapun namanya, agar desain itu bisa dihargai semestinya,” katanya.(*)