KORANMANDALA.COM – Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Benny Yoga mengatakan, akibat dampak kekeringan berat, perlu adanya jaminan hidup bagi para petani.
“Termasuk pemberian sembako bagi mereka, agar kebutuhan hidupnya terbantu,” tutur Benny Yoga.
Dikatakan Benny, hal tersebut diberikan, terutama bagi para petani dan buruh tani yang lahannya mengalami puso (gagal panen) dan tidak bisa tertolong akibat kekeringan yang melanda hingga saat ini di sejumlah wilayah di Kabupaten Garut.
Menurut Kadis Pertanian, hingga 30 Agustus 2023 lalu, kondisi kekeringan yang melanda wilayah Garut, tercatat ada beberapa kategori.
Yaitu ada kekeringan ringan seluas 163 Hektar, Sedang 70 hektar dan kekeringan berat seluas 36 hektar.
Kemudian lahan pertanian yang mengalami puso di Kabupaten Garut, seluruhnya mencapai 22 hektar.
“Jadi total secara keseluruhan kekeringan yang terjadi di Garut saat ini mencapai 251 hektar,” papar Benny.
Namun demikian, seiring dengan perjalanan waktu, untuk kekeringan ringan, kini malah berubah menjadi kekeringan berat dengan penambahan wilayah terdampak sekitar 25%.
Begitu pula dengan kategori kekeringan sedang juga mengalami hal yang sama, dikatakan Benny, kian meluas menjadi 50%.
Bahkan, tidak hanya sampai disitu, lahan yang mengalami kekeringan berat kini mencapai angka 75%.
“Untuk yang puso memang sudah tidak bisa ditolong lagi karena 75% sudah benar-benar lahannya itu kering. Akibatnya petani tidak bisa menghasilkan produk lagi,” tegasnya.
Mengenai kawasan yang lahan pertaniannya mengalami puso, menurut Benny ,ada dua kecamatan, yakni Pasirwangi dan Kecamatan Selaawi.
Kemudian bila berdasarkan kepada zona, kata Benny, yang termasuk ke wilayah zona merah yakni beberapa wilayah yang tingkat kekeringannya sangat parah serta mengalami kekurangan sumber air yang signifikan.
“Jadi jelas, wilayah ini yang memang perlu adanya bantuan jaminan hidup tersebut bagi para petani dan buruh taninya,” tuturnya.
Malah bagi kawasan yang masuk ke zona hijau atau kuning, yaitu daerahnya masih ada sumber air walau tidak begitu normal.
“Disarankan untuk bisa menanam jenis tanaman yang berusia antara 30 hingga 40 hari bisa dipanen,” kata Benny.
Sehingga hal itu nantinya bisa berdampak positif bagi daerah tersebut, termasuk mempertahankan kondisi ekonomi di daerah yang bersangkutan.
Sedang kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Aah Anwar Saefulloh mengatakan, ada 19 Kecamatan di Garut yang masuk ke dalam status siaga bencana kekeringan, 10 Kecamatan dalam kondisi gawat darurat.
Oleh karena itu, dikatakan Aah Anwar, untuk mengatasi hal tersebut ada dua langkah yang kini dilakukan oleh pihak Pemerintah Garut.
Pertama pendistribusian air bersih ke tempat-tempat terdampak, kemudian membangun infrastruktur penyediaan air bersih melalui kerja sama dengan TNI dan Polri.
Dalam masa tanggap darurat bencana kekeringan ini, akan dilaksanakan selama 14 hari.
“Lihat perkembangan sampai tanggal 10 September ini. Karena merupakan hari terakhir, setelah itu apa perlu diperpanjang atau cukup,” ujar Kepala Pelaksana BPBD tersebut. (*)