KORANMANDALA.COM – Di Tengah sepinya pementasan Teater pasca wafatnya Tokoh seniman Teater WS.Rendra di negeri ini, menyusul wafatnya pendiri Teater Sado Kuningan, Aan Sugianto Mas, beberapa tahun lalu, seni Teater di Kuningan Jawa Barat kembali menggeliat dan tetap eksis.
Kali ini Teater Sado akan menggelar sebuah naskah karya seniman, Ipung D Kusmawi, berjudul “Kalayudha”.
Pementasan ini melalui proses latihan yang panjang, selama 7 bulan dari mulai latihan “reading” naskah, olah vokal, olah tubuh dan latihan di alam terbuka, tutur Ipung D Kusmawi penulis naskah merangkap sang Sutradara saat di temui, Selasa 29 Agustus 2023.
Pementasan naskah Kalayudha ini kata Ipung, merupakan produksi ke 8 yang diagendakan selama 30 hari mulai 9 September sampai 8 Oktober 2023 di Gedung Kesenian Kuningan di jalan Veteran Kuningan.
Pentas Kalayudha melibatkan 80 orang pemain aktor/aktris dan staf produksi dibantu Astrada Arip Hidayat.
“Kami pun sebelumnya berkeliling ke setiap sekolah mengadakan workshop teater, yang diikuti guru-guru kesenian, siswa SMP dan SMA sederajat,” kata Ipung.
Tujuan dari workshop ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat apresiasi guru maupun pelajar terhadap seni peran.
Naskah Kalayudha dikatakan Ipung, berkisah tentang perebutan kekuasaan.
Konon setelah berhasil membunuh Purbasora, dan merebut takhta Galuh, Sang Sanjaya menghadap Dahyangguru Sempakwaja dan meminta agar Sang Demunawan direstui menjadi pemegang pemerintahan di Galuh.
Sempakwaja akan menerima permintaan tersebut, dengan syarat; Sanjaya harus menaklukan raja-raja di Jawa tengah dan sekitar Galuh, terutama terhadap TRITUNGGAL, yaitu Sang Pandawa atau Sang Wiragati dari Kuningan, Sang Wulan dari Kajaron, dan Sang Tumanggal dari Kalanggara.
Sanjaya yang hobi berperang dan selalu mabuk kemenangan, terpancing oleh syarat tersebut.
Dia segera menyiapkan pasukan untuk menyerbu Kuningan. Namun pasukan Sanjaya berhasil dikalahkan oleh Tritunggal, dalam pertempuran di Cikuningan.
Sanjaya segera membawa pasukannya mundur, kembali ke Galuh.
“Inilah kisah tentang dendam tak berkesudahan, yang selalu berujung pada perang. Inilah kisah tentang perang tak bertujuan, yang selalu berujung pada penderitaan. Inilah kisah tentang penderitaan tak bertuan, yang selalu diawali dari dendam,” jelas Ipung.
“Kami berharap dari setiap pementasan Teater SADo ini, selalu bermuara pada upaya peningkatan apresiasi penonton, khususnya kalangan pelajar, terhadap teater,” kata dia.