KORANMANDALA.COM – Korban pelecehan seksual oknum guru inisial BBS yang menghebohkan di Bogor Kota, langsung mendapatkan penanganan dari petugas UPTD Pelayanan Perempuan dan Anak ( PPA) dan Polwan PPA.
Salahsatu yang dilakukan UPTD PPA dan Polwa PPA Polres Bogor Kota tersebut adalah melakukan visum terhadap korban .
Hasilnya, ternyata menggembirakan, karena keperawanan siswi korban pelecehan oknum guru bernama DDS itu masih utuh.
“Hasil visum sudah kita lakukan pemeriksaan, alhamdulillah hasil visum menunjukkan masa depan anak tidak ada masalah,” kata Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, Kompol Rizka Fadhilah.
Sebelumnya, seperti diberitakan koranmandala,com, Polresta Bogor Kota menciduk oknum guru bernama BBS (30) atas laporan masyarakat.
Menurut laporan tersebut, oknum guru BBS telah melakukan pelecehan seksual dengan cara menggerayangi beberapa siswi saat belajar dan ekskul di SDN Pengadilan 2 Bogor, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
DDS sendiri, kepada petugas mengakui perbuatannya, telah melecehkan beberapa siswinya.
8 korban
Menurut Kompol Rizka Fadhilah, sejauh ini ada 8 korban pelecehan yang melapor ke polisi.
Namun, dari 8 siswi tersebut, baru 4 yang sudah menjalani pemeriksaan dan dilakukan visum. Untuk yang lainnya akan dilakukan hati-hati, untuk menghindari trauma pada diri anak.
“Sampai saat ini dikonfirmasi ada 8 korban yang sudah kami terima identitasnya. Tapi baru 4 yang sudah diperiksa,” ujar Rizka.
Untuk menangani masalah tersebut, kata Rizka, pihaknya melibatkan UPTD PPA dan Polwan PPA untuk melakukan pendekatan.
Tujuannya agar korban dapat menceritakan perlakukan apa yang sudah dilakukan terduga pelaku ini.
Disebutkan juga, bahwa korban sampai saat masih melakukan kegiatan di sekolah. Jadi, petugas harus hati-hati saat melakukan pendampingan.
“Kita perlu berhati-hati, karena tidak mudah untuk mendapatkan dan melakukan pemeriksaan terhadap korban, kita meminimalkan terjadinya efek traumatis terhadap kroban,” ungkap dia.
Rizka menambahkan, pihaknya terus melakukan komunikasi intensif dengan pihak sekolah, tujuannya agar apabila ada korban lain dari guru predator seksual ini bisa segera melapor ke pihaknya.
“Kita masih melakukan komunikasi intensif dengan sekolah. Kita memberikan pemahaman, meminimalkan aspek traumatis kepada korban,” kata Rizka. (*)