KORANMANDALA.COM – Gunung Ciremai dengan ketinggian 3.078 mdpl merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat yang banyak diminati para pendaki dari peloksok negeri.
Konon menurut mitos dan kepercayaan penduduk setempat, dibalik keindahan Ciremai itu menyimpan banyak misteri. Menjelang akhir tahun dan menyambut tahun baru 2024, diprediksi para pendaki berbagai daerah akan ‘muncak’ merayakan pergantian tahun ini di puncak Ciremai.
Keberadaan misteri di Gunung Ciremai tersebut, menurut kepercayaan penduduk, setiap pendaki wajib hukumnya menjaga kesucian dan kelestarian Gunung Ciremai. Artinya setiap pendaki atau wisatawan harus selalu menghormati adat dan kepercayaan masyarakat serta menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Aturan yang tidak tertulis ini, diantaranya harus mematuhi pantangan-pantangan, tidak merusak lingkungan, tidak berbuat mesum, tidak berkata kasar, dan atau melakukan perbuatan yang tidak terpuji misalnya merusak pepohonan, menulis sesuatu dipohon dan membuang sampah sembarangan.
Seorang Aktivis Anak Rimba (AKAR) Kuningan, Maman Mazic Supratman mengatakan, wisatawan maupun pendaki sangat terbuka untuk dapat menikmati keindahan alam dan keberadaan misteri yang ada di kawasan Gunung Ciremai dengan cara yang bertanggung jawab.
“Beberapa kepercayaan atau tradisi lokal kata Mazic sapaan akrabnya, memang melarang perempuan sedang mengalami menstruasi atau haid untuk mendaki ke area-area tertentu yang dianggap sakral atau suci, termasuk di kawasan Gunung Ciremai” ujar Maman saat ditemui di Sanggar pribadinya Jl. Kramatmulya Kuningan Rabu 27 Desember 2023.
Hal ini, katanya, dilakukan sebagai upaya menjaga kesucian dan kebersihan tempat tersebut.
Bagi pendaki perempuan yang sedang mengalami ‘haid’ atau menstruasi dapat berkonsultasi dengan pemandu wisata setempat atau mematuhi aturan dan etika yang berlaku di lokasi tersebut.
Meskipun tidak ada larangan resmi, bagi pendaki perempuan yang mengalami menstruasi atau haid, disarankan lebih berhati-hati dan memperhatikan kesehatan pribadi selama melakukan aktivitas di kawasan Gunung Ciremai.
Hal ini sebagai bentuk rasa hormat dan menghargai tradisi kearifan lokal di kawasan Gunung Ciremai.*** wawan jr