Jumat, 10 Januari 2025 19:40

KORANMANDALA.COM – Pekan Olah Raga Tradisional Nasional (Portradnas) yang digelar di Kabupaten Kuningan, usai dilaksanakan.

Pekan olahraga tradisional yang dibuka oleh Menpora Ario Bimo itu, memperlombakan 5 cabang olahraga (Cabor) diantaranya Sumpitan, Hadangan, Tarumpah panjang, Gasing dan Egrang.

Salah satu Cabor yang cukup menarik perhatian penonton adalah lomba egrang yang diikuti 18 Provinsi dan 8 kota se-Indonesia.

Sebab permainan ini cukup familiar di berbagai pulau di Indonesia, termasuk di Pulau Jawa. Untuk mengenal lebih dekat tentang permainan egrang ini, berikut adalah sejarah singkat dari Egrang.

Baca juga: Kuningan Minta Kompensasi Air Pemkot Cirebon Naik menjadi Rp300 per Meter Kubik

Permainan egrang adalah olahraga tradisional yang bisa mendatangkan banyak manfaat positif bagi seseorang.

Misalnya saja untuk melatih keberanian, ketekunan, kesabaran, hingga melatih kekuatan dan keseimbangan fisik dilansir dari situs kebudayaan.kemendikbud.go.id.

Permainan egrang disebut sebagai salah satu tradisi yang berasal dari Lampung dengan nama terompang pancung.

Baca juga: Jelang HUT Bhayangkara ke 77, Polres Kuningan Gelar Kegiatan, Ini Tanggapan Warga

Namun engrang tidak saja dapat ditemukan di Lampung juga dapat ditemukan pada beberapa daerah lain di Indonesia.

Misalnya saja di Sumatera Barat, engrang dikenal dengan sebutan Tengkak (pincang), kemudian Bengkulu menyebutnya sebagai Ingkau (sepatu bambu) dan di wilayah Jawa disebut sebagai Jangkungan dan di Kalimantan Barat disebut Batungkau.

Sebenarnya Egrang ini tidak hanya ada di Indonesia, tetapi juga di beberapa Negara yang memiliki budaya olahraga atau permainan yang serupa, sperti di beberapa negara di Eropa.

Baca juga: 125 Perumahan Di Kuningan Baru 27 Diserahterimakan, DPKPP: Banyak Developer Sudah Tidak Dapat Dihubungi

Konon zaman dahulu, tukang pos mengantarkan surat-surat menggunakan Egrang.

Di Jepang, Egrang juga merupakan sebuah permainan traditional, dan dijadikan perlombaan dalam serangkaian acara olahraga.

Permainan egrang bisa dilakukan di lapangan luas. Standar ukuran lapangan untuk kompetisi permainan egrang adalah 50 meter untuk panjang lintasan dengan lebar lintasan 7, 5 meter.

Baca juga: Utang Belanja Pemda Kuningan 245 Miliar Per-akhir Desember 2022

Adapun jumlah peserta di dalam lintasan hanya lima, sehingga masing-masing mempunyai lintasan selebar 1,5 meter.

Permainan atau olahraga tradisional ini memiliki makna yang sangat dalam jika kita teliti lagi.

Mengapa, karena permainan ini harus dimainkan dengan niat yang kuat. Saat kaki sudah dipijakan bamboo, kemudian mencondongkan badan ke depan untuk berjalan maka sang pemain tidak boleh ragu-ragu.

Baca juga: Majalengka Juara Umum Porsenitas – Kuningan Harus Puas Sebagai Runner-Up

Pemain harus berjalan cepat supaya seimbang dan tidak jatuh, jika terjatuh akan terasa sakit. Ini sama halnya dengan kehidupan.

Ketika kita sudah mengambil suatu keputusan, kita harus bertekad dan berkomitmen untuk menyelesaikannya dan tidak boleh ragu-ragu.

Nilai-nilai seperti sportifitas, kerja keras, keuletan sangat kental tercermin dalam nilai budaya pada permainan Egrang ini.

Baca juga: Nyiblung Permainan Tradisional Khas Kuningan yang Hampir Punah, Digelar Kembali

Nilai sportifitas tercermin pada pemain yang bisa menerima kekalahan dengan lapang dada, dan pemain tidak berbuat curang selama permainan berlangsung.

Nilai kerja keras tercermin dari semangat si pemain itu sendiri, yang berusaha agar bisa berjalan dengan cepat dan stabil hingga sampai ke tempat yang sudah ditentukan.

Kemudian, nilai keuletan dapat terlihat pada proses pembuatan tongkat kayu yang akan digunakan untuk Egrang, di mana bambu harus dibuat sebaik mungkin supaya tidak patah atau rusak ketika dinaiki oleh pemain.(*)




Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Penulis

PT MANDALA DIGITAL MEDIA
Jl. Waluh No 12, Malabar,
Kecamatan Lengkong,
Kota Bandung, Indonesia

bisniskoranmandala[at]gmail.com

Exit mobile version