KORANMANDALA.COM – Warga di lokasi bencana pergerakan tanah, Dusun Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, dikagetkan oleh atap sekolah yang ambruk, pada Sabtu 9 Maret 2024 sekira pukul 16.50 WIB.
Suara gemuruh dan dentuman keras yang berasal dari kejadian tersebut, membuat panik sejumlah warga. Para penyintas bencana ketakutan kejadian tanah bergerak terjadi kembali seperti kejadian pada Minggu 13 Desember 2020 silam.
Informasi yang dihimpun, awalnya sebagian warga menduga bunyi dentuman itu berasal dari ambruknya salah satu rumah atau tanah longsor di pinggiran permukiman. Namun setelah diperiksa, ternyata atap Sekolah Dasar (SD) Negeri Ciherang ambruk.
Ketua Komite SD Negeri Ciherang, Kiki Hermansyah menjelaskan, bunyi dentuman dan gemuruh memang berasal dari adanya bagian atap bangunan kelas yang ambruk. Beruntung saat kejadian sudah tidak ada proses kegiatan belajar mengajar.
“Bagian atap ruang kelas 5 ada yang ambruk. Beberapa genting menimpa plafon sehingga jatuh menimpa lantai. Saat itu ruang kelas dalam kondisi tertutup, sudah sore. Yang ambruk beberapa genting dan reng atau kayu-kayu yang rapuh lalu menimpa plafon hingga membentur lantai,” ujar Kiki kepada Koranmandala.com, Minggu 10 Maret 2024.
Terkait penyebab ambruk, lanjut Kiki, bangunan SDN Ciherang memang sudah tua dan rapuh, ditambah hampir sepekan ini, hujan terus mengguyur Dusun Ciherang dengan intensitas kecil hingga deras.
Kiki berharap SD Negeri Ciherang ini secepatnya dibangunkan kembali di tempat lebih aman. Karena saat ini, tempatnya berada di lingkungan lokasi bencana gerakan tanah yang terjadi sejak Desember 2020. Hingga kini tanah di Ciherang masih terus bergerak apalagi musim hujan.
“Kami sangat berharap secepatnya sekolah ini dipindahkan ke lokasi lebih aman. Karena kami para orangtua murid juga khawatir, apalagi bila hujan terus-menerus mengguyur. Sekolah ini ada di lokasi bencana pergerakan tanah yang terjadi sejak Desember 2020, hingga kini masih terus bergerak,” ujar Kiki.
Sementara itu salah satu warga setempat, Linda (33) mengatakan, ia yang sedang duduk bersama kakaknya di rumah, tiba-tiba dikagetkan dengan bunyi dentuman. Selain itu ia juga merasakan getaran, namun terasa kecil.
“Awalnya saya bersama warga lain, menduga ada rumah tetangga di pinggiran lerengan yang ambruk terbawa longsor. Tapi karena penasaran, akhirnya saya jalan mengecek ke sumber bunyi yang berlokasi di bawah posisi rumah saya,” ujar Linda.