KORANMANDALA.COM – Bulan Suci Ramadhan membawa berkah bagi petani Kolang-kaling. Orang Sunda menyebutnya dengan nama buah Cangkaleng atau Caruluk. Buah Kolang-kaling yang satu ini menjadi kudapan favorite sebagai pelengkap “es buah” atau campuran kolak untuk takjil berbuka puasa.

Buah Kolang-kaling ini sering dikonsumsi oleh warga saat bulan ramadhan tiba. Bahkan menjadi pilihan utama saat membuat campuran hidangan takjil untuk berbuka puasa.

Kakek Entis Sutisna (71) seorang petani
di Kampung Kedung Hilir RT 03 RW 04 Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur menuturkan, menjadi petani Kolang-kaling ini diawali sejak tahun 1997 silam hingga sekarang sudah 26 tahun.

Selama menekuni petani Kolang-kaling suka duka seiring sejalan. Soalnya buah kolang kaling ini ramainya menjelang bulan ramadhan saja, karena banyak diminati oleh warga sebagai campuran hidangan takjil. Sedangkan diluar bulan ramadhan tidak begitu ramai.

“Harga Kolang-kaling setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Beberapa tahun lalu harganya Rp 15.000/per-kilogram. Harga buah Kolang-kaling sekarang Rp 20.000/ per-kilogram. Bahkan di pengecer naik menjadi Rp 22.000/kg” tuturnya Jumat, 15 Maret 2024.

Sementara itu, penghasil buah Caruluk terdapat di kampung Kedung Hilir yang lebih dikenal dengan “Kampung Kolang Kaling”. Pasalnya kampung Kedung Hilir merupakan penghasil komoditi Kolang-kaling.
Selain dipasarkan di wilayah Cianjur, juga di dipasarkan ke berbagai kota di Jawa Barat.

Kampung Kolang-kaling ini berada di Kampung Kedung Hilir, RT 03/04, Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur. Lokasinya tak jauh dari pusat kota Cianjur.

Sementara itu, penghasil buah caruluk ini terdapat pula di wilayah Ciamis.

Menurut Kakek Entis, memproduksi kolang-kaling memerlukan beberapa tahapan. Setelah buah caruluk dari pohon aren itu dipetik, tahap berikutnya dilakukan perebusan dengan waktu perebusan sekitar dua jam lebih.

Selanjutnya setelah dua jam kulit luar dari buah caruluk menjadi tak keras sehingga mudah untuk dikupas.

Dalam proses pengolahan biasanya jika bahan baku satu drum perebusan bisa menjadi 20 kilogram.
Dari hasil rebusan tersebut, sambung Entis, biji putih dalam buah harus dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa pahit.

Kemudian setelah biji putih dikeluarkan maka kolang-kaling akan direndam selama tiga hari dengan air bersih. Perendaman ini agar kolang kaling selalu bersih dan tetap segar saat dipasarkan.- *** wawan jr




Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News dan KoranMandala WA Channel

Kontributor Koran Mandala

Exit mobile version