KORANMANDALA.COM – Masjid Merah Cirebon, merupakan salah satu masjid tertua di Kota Cirebon. Masjid ini dikenal sebagai Tempat Pengajian dan Musyawarah Para Wali. Bangunan masjid kuno yang satu ini memiliki ciri khas dan menjadi saksi bisu perkembangan Syiar Islam Cirebon dari masa ke masa.
Bangunan masjid berdinding merah yang dibangun sekitar abad ke 15 masih berdiri kokoh di kawasan Panjunan Kota Cirebon dan diketahui dibangun oleh etnis Arab.
Seluruh bangunan masjid berwarna merah. Susunan bata ditambah ornamen keramik membuat masjid ini menjadi ikonik.
Menurut Edi salah seorang pemandu menyebutkan, dari sisi arsitek, jumlah tiang di dalam mesjid sebanyak 17 buah. Jumlah tiang tersebut memaknai jumlah salat lima waktu.
Konon masjid yang penuh sejarah dengan asitektur unik ini, dibangun oleh Sunan Gunung Jati Cirebon. Masjid Merah ini dulunya sebagai tempat pengesahan para wali.
Dari segi bangunan memang tidak seperti bangunan masjid pada umumnya. Madjid ini lebih mirip bangunan Jawa yang kental akan suasana Hindu.
Terlebih seluruh tembok masjid merah ini dilengkapi ornamen piring-piring asal Tiongkok. Karena itulah masjid merah disimbolkan sebagai akulturasi budaya.
Masjid merah memiliki nama asli Al Athyah. Warnanya didominasi warna merah. Bangunan masjidnya terbuat dari batu bata merah. Nama Masjid Merah Panjunan sendiri ternyata bukan karena warna masjidnya yang merah.
Nama Masjid Merah Panjunan muncul setelah Masjid Agung Sang Cipta Rasa di komplek Keraton Kasepuhan Cirebon berdiri. Kisahnya berawal saat salat jumat yang sebelumnya dilaksanakan di Masjid Merah Panjunan dipindahkan dan dipusatkan ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa, ungkap Takmir Masjid Merah Panjunan Nasrudin saat ditemui Rabu, 27 Maret 2024.
Nasirudin menyebutkan semenjak salat jumat dipindahkan ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa, hingga saat ini Masjid Merah Panjunan tidak menggelar salat Jumat bersama. Namun salat wajib atau salat lima waktu dan kegiatan peringatan hari- hari besar Islam terus diadakan.
Sementara itu, usia Masjid Merah Panjunan jika dibandingkan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa usianya lebih tua. Masjid ini dibangun sekitar 1.480 Masehi oleh Sunan Gunung Jati yang kemudian dirawat oleh Sayid Abdurahman atau Pangeran Panjunan.
Usianya dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa hanya beda beberapa tahun.
Masjid Merah memiliki 17 tiang, 16 tiang itu bentuknya silinder dan 1 di antaranya kotak.
Masjid Merah Panjunan memiliki ruang utama dan serambi. Ruang utama masjid terbilang tertutup.
Untuk menuju ruang utama, jamaah harus menundukan kepala karena ukuran pintu masuknya pendek.
Pintu pendek itu mengajarkan kita untuk tawadu, atau tunduk setunduknya kepada pencipta. ini cirinya bangunan wali.
Masjid Merah Panjunan memiliki fungsi lain selain dijadikan sebagai tempat ibadah. Masjid Merah Panjunan merupakan tempat legalisasi para wali atau wisudanya wali, yang mengesahkan itu Sunan Gunung Jati.
Sebelum para wali itu bertugas menyiarkan Islam terlebih dahulu diwisuda atau disahkan oleh Sunan Gunung Jati.- *** wawan jr