KORANMANDALA.COM – Musim panen tiba para petani-pun mulai turun ke sawah, untuk memetik hasilnya.
Seperti dilakukan oleh para petani di wilayah kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.
Para Petani selepas subuh bersama-sama turun ke sawah memanen padi yang sudah menguning, dengan cara tradisional menggunakan pisau “ketam” atau pisau pemotong padi.
Dari hasil panen tersebut, sejumlah petani mengumpulkannya di atas terpal untuk kemudian melepaskan butir-butir padi gabah dari batang padi, dengan cara tradisional yang sudah turun temurun sejak nenek moyang mereka.
Ratusan batang padi dipukul-pukulkan dan dikibas-kibaskan, agar butir-butir padi gabah lepas dari batangnya.
Setelah padi gabah terkumpul semua, lalu dimasukkan ke dalam karung waring dan selanjutnya diangkut ke rumah dengan cara dipikul atau bila jaraknya jauh menggunakan angkutan mobil pick-up.
“Hasil panen kali ini mengalami penurunan jika dibanding dengan hasil panen musim sebelumnya,” tutur Armini (52) petani Cigugur pada Minggu 21 April 2024.
Pada musim panen sebelumnya dari luas sawah 125 bata, tanaman padi dengan janis padi Cakrabuana berhasil dipanen 1 Ton Gabah kering. Bahkan lebih dari 1 Ton.
Namun pada musim panen sekarang dari luas lahan sawah yang sama, hasil panen menurun 30 persen. Dari luas sawah 125 bata hanya menghasilkan 7 kuintal gabah kering bahkan hanya 6 kuintal.
Sementara itu, gabah kering hasil panen harganya ikut turun. Saat panen musim lalu padi gabah kering dijual Rp. 8.500/per-kg.
“Sedangkan musim panen sekarang harganya turun menjadi Rp 7.000/per-kg,” keluh Mang Apuy petani asal Cipari.
Dari 1 kuintal padi gabah kering setelah digiling hanya dapat 70 kg kotor dan setelah dibersihkan lagi utuhnya hanya 60 kilogram beras.
Musim panen sekarang, sebut Mang Apuy, hasilnya kurang menggembirakan. Terbukti dengan menurunnya hasil produksi padi pada musim panen sekarang.- *** wawan jr