KORANMANDALA.COM – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung merilis hasil analisis kejadian petir di Jalan Primer, Kampung Cimenteng RT 003/005, Desa Sukamulya, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, yang menelan korban 2 orang tewas pada peristiwa tersebut.
Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, berdasarkan rekaman peralatan Jaringan Lightning Detector Nexstorm di sekitar Jawa Barat, seperti Kertajati, Serang, Bandung, Jakarta dan Bogor, pada peta sebaran petir yang terjadi pada tanggal 21 April 2024, terdeteksi 8 kali sambaran petir sekitar radius 1 kilometer dari lokasi kejadian.
“Sambaran petir terdekat yaitu pada pukul 13.59 WIB yang berlokasi di tenggara dari lokasi kejadian atau pada koordinat 6.9256 LS, 106.7797 BT, dengan jarak terdekat sekitar 395.61 meter, dengan tipe petir CG+ atau cloud to ground positif,” ujar Teguh Rahayu dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/4/2024).
Lebih lanjut Teguh Rahayu menjelaskan, berdasarkan interpretasi citra radar, terpantau pertumbuhan 2 sel awan di wilayah Sukabumi bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor pada pukul 12.27 WIB.
“Kedua awan bergerak ke arah barat daya kemudian meluas bergabung memasuki wilayah Cikembar, Kabupaten Sukabumi sekitar pukul 13.55 WIB hingga 14.11 WIB. Awan terpantau meluruh sekitar pukul 14.59 WIB,” ujar Teguh Rahayu.
Teguh Rahayu menambahkan, nilai reflektifitas maksimum radar mencapai 40-50 dBZ. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah Cikembar, Kabupaten Sukabumi.
Berdasarkan interpretasi citra radar cuaca, citra satelit dan pengukuran hujan alat otomatis di sekitar wilayah terdampak dapat diketahui telah terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat atau ekstrem di sebagian wilayah Kabupaten Sukabumi.
“Hasil overlay data radar cuaca dan sambaran petir terdapat kejadian sambaran petir di sekitar lokasi terdampak di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi pada pukul 14.00 WIB,” ujar Teguh Rahayu.
Teguh Rahayu menghimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrim yang menyebabkan terjadinya potensi bencana hidrometeorologi, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi;
“Masyarakat agar lebih mengenali lingkungan dan potensi bencana di lingkungan tempat tingalnya, karena salah satu upaya mitigasi sesungguhnya adalah dengan memahami cuaca dan lingkungan tempat kita tinggal, agar mengurangi dampak bencana hidrometeorologi yang dapat datang sewaktu-waktu,” ujar Teguh. (Awan)***