KORANMANDALA.COM – Perintah Kota (Pemkot) Bogor meluncurkan Gerakan Bersama Literasi Stunting dan Imunisasi, Jumantik Cegah DBD serta Pengawasan Menelan Obat untuk Penanggulangan TBC (Geber Si Jumo) dan Jaga Ibu Hamil serta Lingkungan Bersih dan Sehat (Jamilah).
Acara deklarasi ini berlangsung di SMP Negeri 11 Kota Bogor, dipimpin oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah.
“Hari ini Kota Bogor bersyukur bisa mendeklarasikan gerakan ini dan mudah-mudahan kita bisa mengeliminasi TBC, stunting, dan DBD,” ujar Syarifah Sofiah, Kamis 23 Mei 2024.
Deklarasi ini juga dihadiri oleh perwakilan Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Jawa Barat, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Irwan Riyanto, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Sri Nowo Retno, Camat Bogor Tengah, Teofilo Patrocinio Freitas, dan aparatur wilayah Kelurahan Sempur.
Syarifah menekankan pentingnya gerakan ini sebagai bagian dari literasi kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya imunisasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Karena ketiga penyakit tersebut sangat tergantung pada ketahanan tubuh,” tambahnya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
“UKS, petugas di sekolah, dan para guru serta siswa yang telah dilatih sebagai Jumantik harus bersama-sama memastikan tidak ada air tergenang yang bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyebar virus DBD,” jelas Syarifah.
Data menunjukkan kasus DBD di Kota Bogor selama triwulan I tahun 2024 mencapai 2.138 kasus dengan 14 kematian. Kasus TBC tercatat sebanyak 3.100, dengan 546 di antaranya diderita anak-anak. Angka kesembuhan TBC mencapai 4.646, sementara kematian akibat TBC sebanyak 312. Stunting juga mengalami penurunan dari angka 2.100-an menjadi 1.700-an.
Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, menambahkan bahwa upaya pencegahan DBD telah dilakukan melalui pembentukan tenaga fogging dan edukasi kepada masyarakat.
“Untuk stunting, fokus utama kami adalah pada ibu hamil dan wanita anemia, dengan pemberian tablet penambah darah dan intervensi lainnya,” kata Retno sapaan akrabnya.
Selain itu, Syarifah mengungkapkan bahwa peningkatan kasus TBC disebabkan oleh upaya aktif dalam menemukan penderita.
“Setelah ditemukan, pengobatan harus dilakukan secara massif dan dipantau secara ketat. Ini penting untuk memastikan pasien TBC mengkonsumsi obat secara terus menerus selama enam bulan untuk sembuh,” jelasnya.
Untuk pengobatan TBC, Kota Bogor mendapatkan bantuan obat dari pemerintah pusat.
“Upaya ini harus diimbangi dengan gerakan menyeluruh dan peningkatan literasi kesehatan masyarakat,” tambah Syarifah.
Sebagai penutup, Syarifah menegaskan pentingnya kesadaran kolektif dalam memerangi penyakit-penyakit tersebut.
“Semua upaya harus terus menerus dilakukan, karena manusia ada lupanya. Untuk itu, harus terus diingatkan,” tegasnya. (Nicko) ***