KORANMANDALA.COM – Penjabat Wali Kota Cirebon, Agus Mulyadi, membuka acara lokakarya mengenai penyusunan visi strategis air limbah domestik di Hotel Luxton pada Rabu, 19 Juni 2024.
Lokakarya ini merupakan bagian dari program Sanitation Infrastructure and Institutional Support (SIIP) yang didukung oleh Kemitraan Indonesia – Australia untuk Infrastruktur (KIAT).
Agus menyatakan bahwa lokakarya ini adalah salah satu langkah penting dalam mengembangkan strategi untuk mencapai akses sanitasi yang layak dan aman di Cirebon.
“Acara ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk organisasi masyarakat yang terlibat dalam program SIIP,” jelasnya.
Menurut Agus, Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) skala perkotaan dan permukiman sering kali dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah pencemaran air seiring dengan pertumbuhan populasi.
Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan akses layanan air limbah, memperbaiki kualitas lingkungan air permukaan dan air tanah, serta menjadi sumber alternatif air baku untuk kebutuhan air bersih masyarakat.
“Dengan bantuan para narasumber, saya berharap kita bisa berdiskusi, belajar, dan memperdalam pemahaman kita tentang berbagai aspek teknis dalam pengelolaan SPALD yang ada,” tambahnya.
Agus juga menguraikan bahwa pengelolaan air limbah domestik di Cirebon telah melalui beberapa fase. Pada tahun 1996, misalnya, dibangun sistem pengelolaan air limbah dengan bantuan dari Pemerintah Swiss melalui Program Cirebon Urban Development (CUDP).
Ini berdasarkan Peraturan Daerah Perusahaan Daerah Air Minum dan Undang-Undang No. 5 Tahun 1962. Perda No. 13 Tahun 1994 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Kota Cirebon memperkuat sistem pelayanan air minum dan air limbah.
“Itu menjadi dasar bagi kami untuk melanjutkan dokumen-dokumen perencanaan, pendanaan, dan kelembagaan. Dokumen-dokumen ini nantinya akan membantu kita dalam berbagi peran,” jelasnya lebih lanjut.
Deputi Direktur KIAT, Benjamin Smith, mengatakan bahwa Cirebon merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota yang menjadi percontohan dalam pelaksanaan program ini. Selain Cirebon, ada Banda Aceh, Padang, dan Gorontalo, yang juga didampingi oleh fasilitator dari tim ISC-SIIP.
“Cirebon menjadi salah satu pilot project dari lima kota di Indonesia dalam program ini,” kata Benjamin.
Benjamin menjelaskan bahwa pengelolaan air limbah domestik menjadi prioritas nasional karena sanitasi yang baik berdampak pada berbagai aspek seperti kesehatan dan lingkungan masyarakat.
“Semoga hasil kolaborasi ini bisa menjadi contoh bagi daerah lain yang menghadapi masalah serupa dengan Cirebon,” tutupnya. * (Chs)