KORANMANDALA.COM – Para petani di Kampung Citaliktik, Desa Soreang, Kabupaten Bandung, menjaga sawah mereka dengan tekun meski dihadapkan pada tantangan berat.
Dalam beberapa tahun terakhir, lahan sawah di kawasan tersebut semakin menyusut akibat pembangunan perumahan yang terus bertambah. Dari data Dinas Pertanian Kabupaten Bandung tahun 2022 memiliki luas 31.106 hektar sedangkan di tahun 2023 luas sawah di kabupaten Bandung menyusut cukup signifikan dengan luas 28.747 hektar.
Hal ini menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam mempertahankan produktivitas pertanian setiap tahunnya, tercatat di tahun 2022 Kabupaten Bandung bisa menghasilkan padi sebanyak 310 715,20 ton sedangkan di tahun 2023 sebanyak 289 205,70 ton.
Baca Juga : Bagi-bagi 12 AKUN FF Gratis Masih Aktif 28 Juni 2024 No Hack Evo Gun, Akun Sultan FF Litomplo
Salah seorang petani setempat, Apep Wahyudi (40), mengungkapkan kekhawatirannya bahwa berkurangnya lahan sawah berdampak langsung pada stok beras dan gabah.
Meski demikian, mereka terus berupaya untuk memanfaatkan lahan yang tersisa dengan sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Kata Apep, berkurangnya lahan pertanian bisa jadi pemicu naiknya harga beras dipasaran.
“Emang kayanya lahan sawahnya banyak dipakai untuk membangun perumahan, jadi pertanian kurang. Jadi mungkin stok beras atau padinya jadi berkurang, dan itu bisa jadi beras langka dan mahal,” kata Apep Jumat 28 Juni 2024.
Selain itu Apep juga mengungkapkan kesulitan dalam membeli pupuk, yang kini hanya bisa diperoleh dengan kartu tani.
“Pupuk beli harus pakai kartu, kalau ngak ada ya ngak bisa. Sedangkan yang punya kartu itu biasanya yang punya sawah-sawah besar,” ucapnya.
Harga pupuk jenis urea mencapai Rp 130 ribu per lima kilogram, dengan pembelian yang dibatasi hingga maksimal satu kuintal.