KoranMandala.com – Petani cengkeh di Kabupaten Kuningan mengeluhkan penurunan harga cengkeh yang tiba-tiba saat masa panen raya di daerah Kuningan dan sekitarnya.
Bahkan, petani di seluruh pelosok negeri mengalami hal serupa ketika panen raya cengkeh secara nasional, di mana harga cengkeh justru anjlok drastis. Keluhan ini disampaikan langsung oleh para petani cengkeh di wilayah Kuningan.
Salah seorang pedagang rempah-rempah Trias Andriana mengatakan, harga cengkeh yang biasanya mencapai Rp 130 ribu per kilogram, kini hanya sekitar Rp 85 ribu per kilogram saat panen raya.
Baca Juga : Peringatan 526 Tahun Kuningan: Semangat ‘Akur, Makmur, Ngawangun, untuk Masa Depan Gemilang
Biasanya, petani menjual hasil panen cengkeh mereka dengan harga Rp 130 ribu per kilogram. Namun, pada masa panen raya kali ini, harga cengkeh tiba-tiba turun drastis menjadi Rp 85 ribu per kilogram. Sebelumnya, harga cengkeh bahkan sempat mencapai Rp 75 ribu per kilogram.
Trias, yang telah puluhan tahun bergerak di bidang penampungan bahan baku rempah-rempah seperti cengkeh, kapol, dan lainnya, mencurigai bahwa fluktuasi harga cengkeh ini disebabkan oleh permainan “cukong-cukong”. Akibatnya, petani cengkeh menjadi korban dari permainan tersebut.
Sebelum panen raya di Kuningan, harga cengkeh bisa mencapai Rp 115 ribu per kilogram. Di beberapa wilayah, harga ini bahkan bisa mencapai Rp 130 ribu per kilogram.
Meningkatnya jumlah petani cengkeh di Kabupaten Kuningan, terutama di daerah Kuningan Utara seperti Kecamatan Cilimus, Jalaksana, Kramatmulya, serta Kuningan Selatan seperti Kecamatan Kadugede, Nusaherang, Darma, dan Selajambe, turut memperbesar jumlah cengkeh yang dipanen.
Trias Andriana juga menyebutkan bahwa selama musim panen raya saat ini, hasil panen yang dipasok keluar dari Kuningan bisa mencapai 1.000 ton.
Di Kabupaten Kuningan, sejak beberapa tahun terakhir, banyak yang mulai menanam cengkeh, terutama di daerah kaki Gunung Ciremai atau lereng gunung, dan tanaman tersebut kini semakin besar.