KoranMandala.com – Pasar Baleendah di Kabupaten Bandung terus melekat dengan citra buruk sebagai pasar yang kumuh, semrawut, dan tidak higienis, meskipun telah berulangkali mengalami berbagai upaya revitalisasi.
Kondisi ini seolah menjadi bagian dari wajah pasar yang belum juga berubah, meskipun beberapa kali pergantian bupati telah terjadi.
Macet dan Semerawut
Setiap harinya, masyarakat yang melintas di sekitar Pasar Baleendah akan dihadapkan pada kemacetan lalu lintas.
Baca Juga: Musim Hujan Tiba, Baleendah dan Dayeuhkolot Banjir Lagi
Pantauan wartawan, Kamis 12 September 2024, penyebab utamanya adalah parkir kendaraan yang sembarangan di bahu jalan di seberang pasar serta kehadiran kios-kios liar yang menduduki sebagian besar area publik termasuk bahu jalan di depan pagar pasar. Kondisi ini menambah kekacauan dan memperparah ketidaknyamanan bagi pengguna jalan.
Bau Menyengat
Tidak hanya masalah kemacetan, bau menyengat sampah busuk yang tak kunjung diangkut juga menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian pasar ini.
Bau tersebut berasal dari tumpukan sampah yang menggunung hingga memakan sebagian badan jalan, diperparah dengan genangan air yang membuat kondisi sekitar menjadi becek dan penuh belatung. Keberadaan kios pemotongan ayam di dekat lokasi tersebut juga turut menyumbang pada aroma tidak sedap yang mengganggu.
Pasar Representatif Hanya Mimpi
Masyarakat pun mulai pesimis apakah kondisi pasar ini akan pernah berubah menjadi lebih baik. Mereka terus menanti hadirnya pasar yang nyaman, bersih, dan layak sebagai ruang publik yang representatif.
Harapan untuk melihat Pasar Baleendah yang higienis tampaknya masih menjadi angan-angan yang sulit terwujud, entah dalam satu, lima tahun, atau mungkin bahkan lebih lama lagi. Bagi warga Baleendah dan sekitarnya, mimpi akan pasar yang layak tampaknya masih jauh dari kenyataan.