KoranMandala.com – Jawa Barat kembali mencatat deflasi pada Agustus 2024. Berdasarkan rilis terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, deflasi pada bulan tersebut mencapai 0,03 persen, yang menyebabkan Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 106,09 pada Juli menjadi 106,06 pada Agustus 2024.
Deflasi ini merupakan yang keempat kalinya dalam setahun, menandakan tren penurunan harga yang berkelanjutan di provinsi tersebut.
Ketua Komunitas Jabar Unggul Indonesia Unggul, Toddy Ardiansyah Prabu, menyoroti dengan tajam dampak negatif dari deflasi berkepanjangan ini.
Baca Juga: Jawa Barat Alami Deflasi untuk Keempat Kalinya di 2024: Awas Terjadi Spiral Deflasi
Menurut Toddy, meskipun deflasi terdengar positif karena harga barang dan jasa menurun, kondisi ini justru dapat membawa risiko bagi perekonomian daerah atau negara jika tidak segera diatasi.
Dampak Deflasi Berkepanjangan
Toddy menjelaskan beberapa dampak utama dari deflasi berkepanjangan:
1. Penurunan Aktivitas Ekonomi
Deflasi mendorong konsumen untuk menunda pembelian dengan harapan harga akan semakin turun. Hal ini mengurangi permintaan barang dan jasa, yang pada gilirannya memperlambat aktivitas ekonomi. Produsen mengurangi produksi karena permintaan yang rendah, yang dapat berdampak pada penurunan pendapatan dan investasi di berbagai sektor.
2. Peningkatan Beban Utang
Dalam situasi deflasi, nilai riil utang meningkat karena harga barang dan jasa menurun sementara jumlah utang tetap. Hal ini menambah beban pembayaran utang bagi rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah, sehingga meningkatkan risiko kebangkrutan dan krisis keuangan.
3. Penurunan Upah dan Lapangan Kerja
Perusahaan yang menghadapi tekanan untuk mengurangi biaya produksi sering kali memotong upah atau memberhentikan pekerja. Ini berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, yang kemudian memperburuk permintaan, menciptakan lingkaran deflasi yang semakin dalam. Tingkat pengangguran cenderung meningkat, mengancam kesejahteraan sosial.
4. Merosotnya Investasi
Deflasi juga mengurangi insentif bagi para investor. Dengan prospek keuntungan yang terus menurun di tengah penurunan harga, perusahaan akan menunda investasi atau inovasi. Akibatnya, produktivitas stagnan dan pertumbuhan ekonomi semakin terhambat.
5. Tekanan pada Sektor Keuangan
Perbankan dan lembaga keuangan turut terdampak oleh deflasi berkepanjangan. Suku bunga riil meningkat, yang membuat biaya pinjaman lebih tinggi. Hal ini memperlambat aktivitas kredit dan memperdalam kontraksi ekonomi. Selain itu, nilai aset yang dimiliki bank, seperti properti dan saham, turut menurun, memperburuk kesehatan sektor keuangan.