KoranMandala.com –Jika ada anak TK yang belum bisa membaca itu hal yang wajar bukan? Lalu, bagaimana ketika ada anak SMP yang belum bisa membaca? Itulah yang terjadi pada pendidikan di Indonesia.
Seorang Youtuber, Ferry Irwandi, melakukan penelitian pendidikan di Malang mengenai sistem zonasi di SMA. Di Kota Malang, terdapat 5 kecamatan dan 10 sekolah yang menerapkan sistem zonasi.
Sedangkan, penyebaran sekolahnya sangat tidak merata. Karena 8 dari 10 sekolah berada di satu kecamatan. Ada dua kecamatan yang tidak memiliki SMA negeri. Maka kebanyakan siswa terpaksa bersekolah di SMK negeri yang dekat dengan rumahnya.
Mengenal Pendidikan Waldorf dan Konsep Dunia Ini Baik Pada Anak Usia 0-7 Tahun
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan zonasi sekolah. Yaitu infrastrukturnya mendukung, pemerataannya mendukung, kualitas pendidikannya mendukung, birokrasinya sesuai, mutasi gurunya pun sesuai, dan pemahaman masyarakatnya harus benar.
Namun, bagaimana yang terjadi di Indonesia? Semua syarat-syarat tersebut belum terpenuhi bagi negara kita, Indonesia.
Lebih lanjut, Ferry Irwandi melakukan wawancara kepada 17 orang murid SMA untuk mengukur ketercapaian belajar. Pertanyaan pertama, mengenai persamaan pitagoras, dan yang kedua mengenai 3 kebutuhan primer manusia.
Sayangnya, dari 17 orang murid ini, yang mampu menjawab teorema pitagoras hanya 1 murid. Dan yang mampu menjawab 3 kebutuhan primer hanya 3 murid.
Ferry kemudian menanyakan “Kenapa? Emang di rumah gak pernah belajar gitu? Atau setidaknya mencari tahu lebih dalam”. Dan jawaban murid ini pun mengejutkan “Bang, jangankan di rumah, di sekolah aja kita gak belajar”.
“Bang kita mah masih mending. Lah, temen kita di kelas ada yang gak bisa baca”. Ucap murid tersebut melanjutkan.
Mengenai hal ini, mari kita lihat bagaimana sistem pendidikan di Indonesia yang di terapkan oleh Nadiem Makarim yang mencontoh pendidikan di Negara Finlandia.