KoranMandala.com –Prabowo Subianto telah resmi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029, yang dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu. Kira-kira siapakah ayah dari sosok nomor satu di Indonesia saat ini? Ini dia profil ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, tokoh penting di Indonesia.
Sumitro Djojohadikusumo, merupakan tokoh penting dalam sejarah ekonomi dan pembangunan di Indonesia. Sumitro menjadi salah satu ekonom berpengaruh di Indonesia, yang juga berperan dalam perumusan kebijakan ekonomi di Indonesia (pada berbagai periode penting).
Lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada tanggal 29 Mei 1917, dari keluarga terpandang dan berpendidikan. Karena keluarganya yang sangat menyanjung pendidikan, maka Sumitro pun melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, setelah selesai di bangku pendidikan dasar.
Cak Imin Khianati Anies? Ini Posisinya di Kabinet Merah Putih
Negara kincir angin menjadi tempat Sumitro bersekolah. Ia mengenyam pendidikan ekonominya di Nederlandsche Economische Hogeschoo. Kala itu, Sumitro sudah menjadi pelajar yang terkenal dengan kecerdasannya.
Selain itu, ia juga sudah memiliki ketertarikan besar dalam masalah ekonomi internasional. Sekolah pascasarjananya ditempuh di Universitas Sorbonne, Paris. Kemudian gelar PhD nya di bidang ekonomi, berhasil diraih pada tahun 1943.
Setelah kembali ke Indonesia, Sumitro mulai terlibat aktif dalam politik dan ekonomi Indonesia sejak awal kemerdekaan. Pada tahun 1950-an, Sumitro menjadi ekonom yang berperan dalam menentukan kebijakan ekonomi di negara yang baru merdeka ini.
Konsep pembangunan yang Sumitro rancang, mengutamakan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Setelah periode tersebut, Sumitro kembali memegang jabatan strategis dalam pemerintahan Indonesia. Yakni sebagai Menteri Perdagangan (1950-1951) dan Menteri Keuangan (1948-1950).
Sumitro juga berperan dalam rancangan Program Ali-Baba. Yaitu sebuah kebijakan ekonomi yang memberikan kesempatan kepada para pengusaha lokal untuk bekerja sama dengan pengusaha lainnya, dalam membangun ekonomi Indonesia.
Pada pemerintahan Soekarno (pertengahan 1950-an), Sumitro menjadi di anggap sebagai oposisi karena berbeda pandangan soal kebijakan ekonomi Soekarno. Kemudian Sumitro bergabung ke dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), yang menentang kebijakan pusat Soekarno.
Akibat dari hal ini, Sumitro pun harus mengasingkan diri ke luar negeri, yaitu ke Malaysia. Dalam pengasingannya, ia tetap aktif berkontribusi dalam dunia akademik.