KoranMandala.com –Jalan Braga merupakan ikon legendaris di Kota Bandung, Jawa Barat. Braga terkenal karena bangunan bergaya Belanda yang megah dan menjadi pusat keramaian, yang sudah ada sejak zaman kolonial hingga sekarang.
Oleh karena itu, keunikan sejarah dan daya tariknya membuat Jalan Braga menjadi destinasi favorit bagi wisatawan dan warga Bandung.
Asal Usul Nama Jalan Braga
Ada beberapa versi tentang asal-usul nama “Braga”. Salah satu versi mengatakan bahwa nama tersebut berasal dari Theotila Braga, seorang penulis naskah drama yang hidup pada tahun 1834-1924.
Selanjutnya, kawasan ini dulu memang menjadi pusat kegiatan drama Belanda yang dipelopori oleh Peter Sijht pada tahun 1881.
Versi lain mengaitkan “Braga” dengan “Bragi,” dewa puisi dalam mitologi Jerman. Sementara dalam bahasa Sunda, kata “baraga” berarti berjalan di tepi sungai, sesuai dengan lokasi Jalan Braga yang berada di dekat Sungai Cikapundung.
Perkembangan Jalan Braga
Pada masa kolonial, Jalan Braga awalnya adalah jalan berlumpur untuk pedati yang menghubungkan Jalan Raya Pos (sekarang Jalan Asia Afrika) dengan gudang kopi milik Andreas de Wilde. Jalan ini dikenal dengan nama “karrenweg” atau “pedatiweg,” yang berarti jalan pedati.
Seiring perkembangan Bandung pada abad ke-19, Jalan Braga berubah menjadi pusat perbelanjaan warga Eropa, terutama para pengusaha perkebunan teh.
Menurut buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karya Haryoto Kunto, Jalan Braga menjadi pusat belanja bagi kaum elit dan dijuluki “De meest Eropeesche winkelstraat van Indie” atau kawasan perbelanjaan Eropa paling bergengsi di Hindia Belanda.
Bangunan Bersejarah di Jalan Braga
Banyak bangunan di Jalan Braga masih mempertahankan gaya kolonial yang klasik, di antaranya:
- Gedung Merdeka: Berdiri pada tahun 1895, gedung ini awalnya adalah Societeit Concordia dan menjadi tempat Konferensi Asia Afrika pada 1955.
- Gedung Majestic: Berdiri tahun 1925 sebagai bioskop dan kini merupakan pameran dan pertunjukan.
- Gedung Bank N.I. Escompto Mij: Kini menjadi Apotek Kimia Farma.