KoranMandala.com –Apakah kamu pernah bertanya-tanya, dari mana asal gelar “Haji” dan “Hajjah” yang sering diberikan kepada mereka yang sudah berhaji?
Ternyata, gelar ini bukan sekadar tanda bahwa seseorang telah menunaikan rukun Islam kelima, tetapi juga memiliki makna historis dan nilai sosial yang kuat dalam budaya Indonesia.
Di Indonesia, tradisi menyematkan gelar “Haji” dan “Hajjah” sudah ada sejak lama, bahkan sejak masa kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kala itu, menunaikan ibadah haji menjadi hal yang sangat sulit.
Jadi Yang Terlama se-Indonesia, Ini Sejarah Lampu Merah Pertama di Bandung
Perjalanan ke Mekah bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan tahun, dengan kapal laut yang penuh risiko. Mereka yang berhasil pulang dari tanah suci dianggap pahlawan dan mendapat apresiasi dengan diberi gelar “Haji” atau “Hajjah” sebagai penghargaan.
Saat masa kolonial, tradisi ini semakin kuat. Pemerintah Belanda menyadari pentingnya ibadah haji bagi umat Islam, yang kemudian mengawasi ketat keberangkatan jamaah.
Mereka yang kembali dari haji seringkali menjadi tokoh penting di masyarakat, baik di bidang agama maupun sosial. Setelah kemerdekaan Indonesia, tradisi ini tetap hidup dan menjadi bagian dari budaya Muslim di Indonesia.
Kini, dengan kemajuan transportasi dan teknologi, ibadah haji lebih mudah di jangkau. Namun, gelar “Haji” dan “Hajjah” masih memiliki arti yang dalam dan dihormati masyarakat.
Namun, apakah benar pemerintah kolonial Belanda memberlakukan gelar haji hanya untuk menyokong umat Islam pribumi dalam berhaji?
Menurut beberapa sumber sejarah, Pemerintah Belanda memiliki beberapa tujuan strategis dalam memberikan gelar Haji bagi pribumi Muslim di Indonesia. Di antaranya adalah:
- Mengawasi Gerakan Sosial dan Politik
Belanda paham betul bahwa mereka yang telah pulang haji seringkali memiliki wawasan yang lebih luas. Dan berpotensi memimpin perlawanan atau menyebarkan ide-ide kebangkitan Islam. Gelar haji membantu pemerintah kolonial mengidentifikasi dan memantau orang-orang yang mungkin menjadi tokoh penggerak dalam masyarakat.