KoranMandala.com – Di tengah gemuruh modernisasi dan perkembangan kota, terdapat sebuah bangunan yang seakan terlupakan, padahal menjadi saksi bisu perjuangan seorang pahlawan perempuan yang mengabdikan hidupnya untuk pendidikan.
Bangunan ini adalah SDN Regol 5-6, yang dulunya merupakan Sakola Kautamaan Istri, sekolah pertama untuk perempuan di Garut yang didirikan oleh Raden Ajeng Ayu Lasminingrat pada tahun 1913.
RAA Lasminingrat bukan sekadar nama yang tertulis dalam buku sejarah. Beliau adalah pelopor pendidikan perempuan di Jawa Barat, yang kala itu memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan ilmu dan keterampilan.
Polres Garut Tingkatkan Pengamanan Gudang Logistik KPU untuk Dukung Kelancaran Pilkada 2024
Melalui Sakola Kautamaan Istri, beliau membuka pintu bagi para gadis di Garut untuk belajar keterampilan dasar seperti memasak, mencuci, menyetrika, menyulam, hingga membatik.
Sekolah ini menjadi oase bagi para perempuan yang haus akan pendidikan, di tengah zaman yang masih sangat patriarkis.
Seiring berjalannya waktu, nama sekolah pun berubah, mengikuti dinamika sejarah bangsa. Dari Sakola Kautamaan Istri, menjadi Sekolah Rakyat pada masa pendudukan Jepang, lalu Sekolah Dasar Negeri Ranggalawe di tahun 1950, dan kini dikenal sebagai SDN Regol 5-6.
Namun, satu hal yang tak berubah adalah semangat dan nilai-nilai perjuangan yang ditanamkan oleh RAA Lasminingrat, yang masih terasa hingga kini.
Kondisi Bangunan Memprihatinkan
Sayangnya, semangat itu tak sejalan dengan kondisi fisik bangunan sekolah yang kini memprihatinkan.
Bangunan bersejarah yang seharusnya menjadi warisan budaya sekaligus tempat belajar generasi penerus, kini terlihat usang dan rentan.
Atap yang bocor, tiang-tiang penyangga yang keropos, dan dinding yang mulai retak menggambarkan ketidakpedulian terhadap salah satu situs pendidikan tertua di Garut ini.