Ketika seseorang mengalami stres atau kecemasan, tubuh akan merespons dengan melepaskan hormon-hormon seperti adrenalin yang dapat meningkatkan detak jantung.
Proses ini adalah bagian dari reaksi alami tubuh terhadap ancaman atau tantangan, yang terkenal dengan istilah “fight or flight” (lawan atau lari).
Hormon adrenalin yang keluar dalam situasi stres menyebabkan peningkatan denyut jantung dan perasaan gelisah.
Keadaan tersebut sering kali bersamaan dengan gejala fisik lainnya, seperti nafas cepat, keringat dingin, dan gemetar.
Gangguan Cemas dan Dampaknya pada Detak Jantung
Salah satu kondisi yang sering menyebabkan jantung berdebar adalah gangguan kecemasan.
Pada orang yang mengalami gangguan kecemasan, perasaan cemas yang berlebihan dapat memicu reaksi fisik yang intens, termasuk peningkatan detak jantung.
Gangguan kecemasan ini tidak hanya menyebabkan perasaan gelisah, tetapi juga dapat menimbulkan sejumlah gejala fisik lainnya.
Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan akut mungkin merasa sesak di dada, mengalami hiperventilasi (pernapasan cepat), atau bahkan merasa pusing dan mual.
Selain itu, gangguan kecemasan juga dapat menyebabkan perasaan terjebak dalam siklus kecemasan yang terus menerus.
Tubuh tidak pernah sepenuhnya pulih dari efek hormon stres yang terus mengalir.
Ini dapat menciptakan suatu keadaan di mana detak jantung yang cepat dan perasaan cemas menjadi semakin parah, sehingga memperburuk kualitas hidup penderitanya.
Pengobatan untuk gangguan kecemasan sering melibatkan kombinasi terapi psikologis dan obat-obatan.
Harapannya terapi tersebut dapat menurunkan kadar stres dan kecemasan, serta mengatur detak jantung yang berlebihan.