KoranMandala.com -Hey, Sobat Kampus!
Keringat mengalir di punggungku saat aku menatap tumpukan catatan di depanku. Ruangan ini sunyi, hanya sesekali terdengar langkah kaki di luar.
Listrik sudah lama mati, dan kegelapan jadi teman setia yang datang setiap jam 6 sore, menelan seluruh asrama.
Bagaimana Saya Menggunakan 3 Mode Otak untuk Become A Writing Machine
Saat itu, kebanyakan orang akan masuk ke kamar mereka, dengan senter atau lampu cas yang nyalanya cuma setengah hati.
Hidup di asrama ini bukanlah sesuatu yang bisa kubayangkan sebelum masuk universitas. Kupikir bakal jadi tempat kebebasan — kesempatan buat hidup dengan caraku sendiri. Tapi, kenyataan punya rencana lain.
Di sini, setiap hari rasanya seperti ujian untuk mengukur seberapa kuat aku bisa bertahan.
Ambil contoh soal air. Setiap kali air mengalir, rasanya seperti keajaiban — tapi bahkan keajaiban punya harga.
Ngambil air berarti jalan jauh ke keran, ngantri bareng yang lain yang sama-sama butuh, dan naik empat lantai dengan ember berat.
Setiap langkah bikin aku ngos-ngosan, otot terasa terbakar, dan pikiran teriak nyuruh berhenti. Kadang, aku bilang ke diri sendiri ini olahraga yang bagus, tapi di hari lain, rasanya cuma capek banget.
Tiap ember, aku mikir seberapa lama lagi bisa bertahan, tapi entah bagaimana, aku tetap lanjut.
Terus soal makanan. Bukan berarti aku gak bisa makan — selalu ada cara — tapi tanpa air, masak jadi ribet. Malam-malam, aku makan mie instan atau apa aja yang cepat, cukup buat bertahan.
Di hari lain, rasa lapar lebih lama karena aku gak punya tenaga atau waktu buat masak yang lebih layak. Tapi aku ingetin diri sendiri kalau ini sementara — cuma rintangan lain yang harus dilewati.
Nyamuk bikin semuanya lebih buruk. Tanpa listrik, gak ada kipas buat ngusir mereka, dan panas bikin gak mungkin nutup jendela.
Mereka berdengung terus, menggigit kulit dan ninggalin bentol gatal yang jadi gangguan. Tidur bukan lagi istirahat, tapi lebih kayak pertarungan tiap malam buat nge-block panas, gigitan, dan dengungan nyamuk di telinga.
Belajar dalam kondisi ini rasanya kayak perang tersendiri. Senterku yang redup hampir gak bisa menerangi halaman buku. Begitu power bank mati, perangkatku jadi gak berguna. Mencari tempat buat ngecas HP atau lampu jadi bagian dari rutinitas harian, tugas penting biar bisa terus update.