KoranMandala.com -Komunitas ‘Bandung Bercerita’ lakukan kegiatan rutin ke berbagai situs bersejarah di Kota Bandung pada Minggu 24 November 2024.
Kegiatan ini berfokus pada jejak dan kontribusi Raden Dewi Sartika, seorang tokoh perempuan yang berperan penting dalam dunia pendidikan di Kota Bandung, khususnya pada tahun 1904.
Tour Guide dari Cerita Bandung, Gadis Noer Hadianty memandu 15 orang menapak tilas serjarah Raden Dewi Sartika dengan berjalan kaki, bermula di lingkungan Balonggede belakang Pendopo Kota Bandung.
Sesuai dengan penjelasan, Gadis menyatakan bahwa cikal bakal pendirian sekolah ini awalnya terletak di sebuah ruang di Pendopo Kota Bandung.
“Pada awalnya, sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika berada di salah satu ruangan di pendopo. Pendirian ini juga mendapat izin dari Bupati Bandung pada waktu itu, R.A.A Martanegara,” ungkapnya.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke kawasan pertigaan Jalan Kepatihan – Jalan Dewi Sartika dimana ada monumen Kembang Patrakomala dan Profil Perjuangan Dewi Sartika serta monumen berbentuk bambu runcing.
“Bambu runcing itu adalah monumen Perjuangan Markas TKR Divisi III yang awalnya ada di lingkungan dalam Yogya Kepatihan tapi dipindahkan ke depan atas permintaan para veteran agar kelihatan dari pinggir jalan,” jelas Gadis.
Penelusuran jejak Dewi Sartika berlanjut ke seberang jalan Kepatihan, tepatnya di Jalan Oto Iskandar Dinata, menuju sebuah jalan kecil yang mengarah ke pemakaman Karanganyar.
“Di sini, terdapat makam sejumlah Bupati Bandung, pahlawan, tokoh nasional, serta keturunannya. Pemakaman ini merupakan salah satu kompleks pemakaman Bupati Bandung, di mana dua kompleks lainnya terletak di Dalem Kaum dan Dayeuhkolot,” beber Gadis.
Pemakaman ini dikelola oleh yayasan KSTB dan hingga kini masih terawat dengan baik. Beberapa Bupati Bandung yang dimakamkan di sini antara lain Bupati Wiranatakusumah III dan Wiranatakusumah V. Makam Dewi Sartika terletak terpisah, namun memiliki penampilan yang mencolok dibandingkan dengan makam di sekitarnya.
“Selain Dewi Sartika dan Bupati Bandung, terdapat juga makam Raden Hasan Sadikin, yang namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Hasan Sadikin. Beberapa tokoh lain, seperti Hasan Mustofa, juga dimakamkan di sini, termasuk para pejuang 45 yang dimakamkan dengan tanda bendera merah putih,” jelas Gadis.
Di sisi kiri pemakaman ini, terdapat kompleks pemakaman keturunan Arab Palembang yang lebih dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai juragan Pasar Baru yakni keluarga Haji Tamim.
“Keturunan Haji Tamim jadi pengusaha sukses yang kaya raya pada masanya, mereka berdagang di Pasar Baru diantaranya bernama Asep Berlian dan Asep Dollar,” ungkapnya.
Setelah mengunjungi pemakaman ini, penelusuran jejak Dewi Sartika dilanjutkan ke Sekolah Kautamaan Istri yang didirikan oleh Dewi Sartika pada tahun 1905. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Raden Dewi Sartika Bandung.
“Bangunan yang asli hanya tersisa 2 kelas dan masih digunakan sebagai lembaga pendidikan yang telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dan baru-baru ini dijadikan museum,” tutup Gadis
Kunjungan ini diakhiri dengan sesi foto bersama di kelas peninggalan Dewi Sartika dan tugu yang mengenang jasa Dewi Sartika dalam memajukan pendidikan bagi kaum pribumi terutama perempuan.