KoranMandala.com –Sifat tamak akan harta dan kuasa, rupanya memang sudah menjadi derajat paling rendah seorang manusia, sejak zaman dahulu. Bahkan di era lentera kerasulan pun, ketika cahaya Islam masih bersinar seterang matahari.
Masa itu merupakan masa ketika Sang Revolusioner Agung, Nabi Muhammad SAW. menjadi presiden ulung bagi semenanjung Arab.
Kala itu, terdapat beberapa kasus korupsi yang terjadi. Salah satu kasus korupsi yang terjadi pada masa Rasulullah adalah kasus yang terjadi di Khaibar, melibatkan dua barang sederhana, yaitu mantel dan tali sepatu.
Daendels Hukum Mati Perwira Kepercayaannya yang Korupsi, Bagaimana Dengan Indonesia Sekarang?
Salah satu pelaku adalah Mi‘dam, seorang budak yang ikut bersama Nabi Muhammad dalam perjalanan ke Wadi al-Qura setelah penaklukan Khaibar.
Di Wadi al-Qura, Mi‘dam terkena anak panah misterius saat menurunkan barang-barang bawaan Rasulullah dari untanya dan meninggal dunia. Menyaksikan kejadian itu, para sahabat berkata, “Semoga ia masuk surga.”
Namun, Rasulullah menyanggah pernyataan tersebut dan menjelaskan bahwa Mi‘dam pernah melakukan korupsi mantel saat penaklukan Khaibar. Rasulullah SAW menegaskan bahwa perbuatannya itu akan menjadi sebab Mi‘dam memasuki neraka.
Korupsi lainnya terkait tali sepatu dilakukan oleh salah seorang dari rombongan tersebut. Meski identitasnya tidak disebutkan secara jelas, lelaki itu segera menyadari kesalahannya setelah mendengar penjelasan Rasulullah SAW tentang nasib Mi‘dam. Dengan tergesa-gesa, ia menyerahkan tali sepatu yang pernah diambilnya kepada Rasulullah SAW.
Meskipun barang yang dikorupsi dari kedua orang di masa Nabi hanya berupa barang sangat sederhana, mantel dan tali sepatu. Tetapi perbuatan dosa tetaplah perbuatan dosa, sekecil apapun.
“Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188)
Lalu, bagaimana dengan para koruptor yang telah mencuri harta hingga ratusan juta bahkan triliun? Seberapa rendahkah derajat kemanusiaannya hingga nafsu menjadi Tuhannya?***