KoranMandala.com -Gunung Ciremai dahulu dikenal sebagai Gunung Gilap atau Kilap. Gunung ini memiliki sejarah letusan dahsyat sejak zaman dahulu.
Nama Ciremai muncul saat migrasi besar orang Sunda di era Caruban Nagari. Mereka menemukan banyak pohon cerme di wilayah ini.
Menurut Tiyang Grage, nama asli gunung ini adalah Gunung Gilap atau Indra Kila dalam sebutan orang Jawa.
Sebelum era Kerajaan Tarumanagara, terdapat kerajaan bernama Indraprahasta. Kerajaan ini merupakan pecahan dari Salakanagara.
Macan Tutul Jawa di Gunung Ciremai Berhasil Terpantau Kamera Jebak
Salakanagara berarti “Negeri yang tiada duanya” dalam bahasa Tiyang Grage. Nama ini sering diartikan sebagai “Negeri Perak.”
Indraprahasta berdiri pada abad ke-3 dipimpin Raja Sentanu, adik Raja Jayasingawarman. Kerajaan ini akhirnya runtuh.
Keraton Salakanagara diperkirakan berpindah ke lereng Gunung Ciremai akibat konflik saudara saat Tarumanagara didirikan.
Gunung Gilap berarti “Kilat” atau “Cahaya Petir,” melambangkan pertaubatan dan ketakutan akan dosa.
Gunung ini sering meletus pada masa lalu. Beberapa letusan besar yang tercatat dalam sejarah antara lain:
1. 1545: Erupsi besar menghancurkan Kota Kuningan.
2. 1677: Erupsi menyebabkan aliran lava dan abu vulkanik.
3. 1772: Erupsi menghancurkan desa-desa sekitar gunung.
4. 1805: Erupsi menyebabkan aliran lava dan abu vulkanik.
5. 1928: Erupsi menghancurkan beberapa desa.
Menurut Maman ‘Mazic’, aktivis lingkungan Kuningan, dalam peta tahun 1960, Gunung Gilap disebut sebagai Gunung “Tjareme.”
Dalam pewayangan lokal, Arjuna menikah dengan perempuan pedalaman Gunung Kila dan memiliki anak bernama Cakil.
Cakil berasal dari kata “Boca” (anak) dan “Kila” (Gunung Ciremai) dalam bahasa Tiyang Grage.
Cakil dikenal sebagai raksasa dari bangsa halus dan penjaga gaib Keraton Pakungati, kini dikenal sebagai Keraton Kasepuhan Cirebon.