KoranMandala.com – Di tengah pesatnya perkembangan kota-kota di Indonesia, pelestarian warisan budaya menjadi salah satu aspek penting dalam mempertahankan identitas sebuah daerah.
Salah satu daya tarik sebuah kawasan tak hanya terletak pada modernitasnya, tetapi juga bagaimana bangunan dan arsitektur bersejarah tetap lestari sebagai bagian dari ingatan kolektif masyarakat.
Jalan ABC di Kota Bandung menjadi contoh nyata bagaimana sebuah kawasan tetap mempertahankan karakter historisnya di tengah arus perubahan zaman.
Tidak hanya bangunannya yang memiliki nilai sejarah, tetapi juga aktivitas perdagangannya yang masih bertahan hingga kini.
Lantas, bagaimana sejarah panjang Jalan ABC? Simak ulasannya berikut ini.
Jalan ABC Tempo Dulu
Jalan ABC memiliki akar sejarah yang kuat sejak era kolonial Belanda. Pada tahun 1892, dalam peta Map of Bandoeng: The Mountain City of Netherland India, kawasan ini dikenal sebagai tempat tinggal tiga etnis utama, yakni Arabieren (A), Boemipoetra (B), dan Chinezen (C).
Menurut jurnal Jejak Komunitas Tionghoa dan Perkembangan Kota Bandung yang ditulis oleh Sugiri Kustedja, komunitas Tionghoa di Bandung banyak bermukim di sekitar pusat transportasi dan perdagangan, termasuk Jalan ABC.
Secara arsitektur, hunian masyarakat Tionghoa di kawasan ini didominasi oleh deretan rumah petak dan ruko satu lantai yang berjejer di sepanjang jalan utama. Bangunan ini memiliki fungsi ganda—sebagai tempat tinggal dan juga tempat usaha.
Pada pagi hingga sore hari, bagian depan bangunan akan terbuka untuk aktivitas perdagangan, sementara pada malam hari, semuanya kembali tertutup sebagai hunian keluarga.
Rancangan ini mencerminkan pola ruko tradisional yang masih bisa ditemukan hingga sekarang, di mana bagian belakang atau lantai atas sering digunakan sebagai ruang tinggal.