KoranMandala.com -Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung menegaskan bahwa keputusan tidak mengizinkan pementasan “Wawancara dengan Mulyono” oleh Teater Payung Hitam (TPH) di Studio Teater ISBI didasarkan pada pertimbangan administratif dan prosedural. Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, menyatakan bahwa setiap penyelenggaraan kegiatan di lingkungan kampus harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
“Keputusan ini bukan soal pembatasan kebebasan berkesenian, tetapi karena ada prosedur yang tidak dipenuhi oleh pihak TPH,” kata Retno dalam konferensi pers di Rektorat ISBI Bandung, Selasa (8 Februari 2025.
Menurut Retno, ISBI Bandung selalu terbuka bagi kelompok seni yang ingin mengadakan pertunjukan. Namun, pihak kampus juga memiliki tanggung jawab menjaga netralitas dan kondusivitas akademik. “ISBI Bandung bukan menara gading. Siapapun boleh tampil di sini, asalkan sesuai dengan aturan,” ujarnya.
Retno menambahkan bahwa pementasan “Wawancara dengan Mulyono” dinilai mengandung unsur pro dan kontra yang berpotensi memicu polemik. “Sebagai institusi pendidikan, kami harus menjaga netralitas dan menghindari konten yang bisa menimbulkan konflik,” tegasnya.
ISBI Bandung juga telah menawarkan alternatif lokasi lain untuk pertunjukan tersebut, seperti Gedung Indonesia Menggugat atau Gedung Rumentang Siang, yang merupakan fasilitas milik pemerintah daerah. Namun, pihak TPH tetap memaksakan pementasan di kampus tanpa izin resmi, yang akhirnya memicu kontroversi di media sosial.
Selain faktor konten, ISBI Bandung juga mempertimbangkan keterbatasan fasilitas kampus. “Studio Teater ISBI sedang difokuskan untuk kegiatan akademik, terutama menjelang perkuliahan semester genap,” kata Retno.
Dengan demikian, ISBI Bandung menegaskan bahwa kebijakan ini bukan bentuk pembungkaman seni, melainkan langkah menjaga aturan dan ketertiban akademik.