KoranMandala.com -Jika Anda sedang berada di Kota Bandung, sempatkanlah untuk mengunjungi Jalan Dipati Ukur. Kawasan ini dipenuhi dengan berbagai kafe, restoran, dan pedagang kaki lima yang menawarkan aneka kuliner menggugah selera.
Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya tentang asal-usul nama jalan ini? Mari kita telusuri sejarahnya.
Sebelum Bernama Jalan Dipati Ukur
Pada masa penjajahan Belanda, jalan ini awalnya bernama Beatrix Boulevard. Kemudian, pada sidang Dewan Perwakilan Rakyat Kota Bandung (Gemeenteraadsvergaderingen) yang berlangsung dari 3 Maret hingga 28 April 1950, diputuskan bahwa sejumlah nama jalan di Kota Bandung harus diubah.
Salah satu jalan yang mengalami pergantian nama adalah Beatrix Boulevard, yang kemudian diabadikan sebagai Jalan Dipati Ukur.
Siapakah Dipati Ukur?
Menurut R. Ema Bratakoesoema, Ketua Panitia Penamaan Jalan Kota Bandung, Dipati Ukur adalah seorang tokoh penting yang layak diabadikan namanya.
Namun, ada pula yang menganggapnya sebagai tokoh mitos yang dikenal karena keberanian dan perlawanan terhadap penguasa.
Sejarah Dipati Ukur
Dalam buku Ceritera Dipati Ukur (Karya Sastra Sejarah Sunda) (1979), sejarawan Edi S. Ekadjati mengungkapkan bahwa terdapat berbagai versi cerita tentang Dipati Ukur yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Setidaknya ada 33 naskah yang membahas tokoh ini dengan sudut pandang yang berbeda-beda.
Secara garis besar, Dipati Ukur adalah seorang adipati di Tanah Ukur yang memiliki peran penting dalam sejarah Sunda.
Nama aslinya adalah Wangsanata, berasal dari Kerajaan Jambu Karang di Purbalingga, Banyumas, Jawa Tengah. Ia merupakan keturunan Sunan Jambu Karang, seorang tokoh yang masih memeluk agama Buddha pada masanya.
Farhan dan Erwin Resmi Dilantik, Warga Bandung Titip Harapan
Ketika Panembahan Senopati menguasai wilayah leluhurnya, Wangsanata terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya dan hijrah ke Priangan.