KoranMandala.com -Selain para nabi, puasa juga merupakan ritual penting dalam berbagai agama dan peradaban masa lampau. Bentuk dan tata cara pelaksanaannya beragam, menyesuaikan dengan ajaran serta keyakinan masing-masing.
Puasa dalam Tradisi Yahudi
Umat Yahudi memiliki tradisi puasa yang khas, di mana mereka sepenuhnya menahan diri dari konsumsi makanan dan minuman, termasuk air.
Berbeda dengan puasa dalam Islam, puasa Yahudi pada hari-hari besar seperti Yom Kippur dan Tisha B’Av bahkan melarang aktivitas seperti menggosok gigi, meskipun pada puasa hari kecil hal ini boleh.
Perjalanan Puasa Sebelumnya: Dari Nabi Adam hingga Umat Nabi Muhammad SAW
Secara teknis, dalam tradisi puasa Yahudi, mengonsumsi obat umumnya tidak boleh, kecuali atas rekomendasi medis. Umat Yahudi yang menjalankan ritual ini berpuasa hingga enam kali dalam setahun.
Selain sebagai kewajiban keagamaan, puasa juga untuk situasi tertentu, seperti saat berkabung (hidad), menderita penyakit, atau menghadapi situasi berbahaya.
Umat Yahudi juga menjalankan puasa selama beberapa minggu berturut-turut setiap tahun sebagai bentuk peringatan atas kehancuran kota Yerusalem, serta menjalankan puasa satu hari sebagai bentuk kaffarat atau penebusan dosa.
Sebagaimana sebelumnya, kaum Yahudi juga melaksanakan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram sebagai bentuk peringatan atas keselamatan Nabi Musa AS dari kejaran Firaun.
Puasa dalam Tradisi Nasrani/Katolik
Tradisi puasa dalam agama Nasrani/Katolik memiliki ciri khas tersendiri. Nabi Isa AS, yang menjadi sosok utama dalam ajaran mereka, menjalani ibadah puasa selama 40 hari sebelum memulai masa kerasulan.
Selain itu, beliau juga berpuasa pada hari kaffarat, yang sebelumnya telah ada penetapannya dalam syariat Nabi Musa AS.
Seiring perkembangan zaman, praktik puasa dalam komunitas Nasrani/Katolik mengalami berbagai perubahan dan penyesuaian. Beragam bentuk puasa pun terkenal dalam tradisi mereka, di antaranya: