Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa individu yang menjalankan ibadah puasa seharusnya tetap menjaga produktivitasnya. Jika sedang bekerja, hendaknya tetap melaksanakan tugas dengan niat ibadah. Jika tengah menuntut ilmu, maka harus belajar dengan penuh kesungguhan dan dedikasi.

Dalam berbagai riwayat, Rasulullah ﷺ justru semakin meningkatkan kualitas ibadahnya selama bulan Ramadan. Selain memperbanyak shalat malam, beliau juga lebih sering membaca Al-Qur’an serta aktif berinteraksi dengan masyarakat.

Tidur dalam batas yang wajar dianjurkan sebagai upaya menjaga kesehatan. Namun, jika tidur dilakukan secara berlebihan hingga melalaikan kewajiban atau mengurangi kesempatan untuk beribadah, maka hal tersebut bertentangan dengan tujuan utama dari ibadah puasa.

Banyak ulama yang menegaskan bahwa hadis mengenai tidur sebagai ibadah tidak dapat dijadikan sebagai landasan yang kuat. Di antara mereka adalah Imam Ibn Hajar al-Asqalani, yang menyatakan bahwa hadis tersebut berstatus dhaif (lemah) dan tidak dapat diamalkan.

Tidur yang berlebihan dapat mengurangi efektivitas dalam beribadah

Dalam kitab-kitab hadis, tidak ditemukan riwayat yang kuat yang menyatakan bahwa semakin banyak tidur akan semakin besar pahalanya saat berpuasa.

Sebaliknya, hadis-hadis shahih justru menegaskan bahwa ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasanlah yang memiliki nilai pahala.

Ustadz Adi juga menekankan bahwa kebiasaan tidur berlebihan dapat mengurangi kualitas dan efektivitas ibadah seseorang. Jika seseorang terlalu banyak tidur, maka ia berisiko kehilangan kesempatan untuk membaca Al-Qur’an, berdzikir, atau bahkan berbuat kebaikan dengan membantu sesama.

“Seharusnya, Ramadan menjadi momen di mana kita lebih produktif dalam beribadah dan beramal saleh, bukan malah menggunakannya sebagai alasan untuk bermalas-malasan,” lanjutnya.

Banyak kegiatan bermanfaat yang dapat dilakukan sebagai pengganti tidur berlebihan, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir, mengikuti kajian keislaman, serta membantu sesama dalam kebaikan.

Selain itu, bekerja dengan niat ibadah juga termasuk dalam aktivitas yang bernilai pahala. Dengan demikian, seseorang tetap dapat menjalankan tanggung jawabnya tanpa mengurangi makna ibadah puasa.

1 2 3



Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Penulis
Exit mobile version