KoranMandala.com -Puasa Rabu Abu merupakan awal dari masa Prapaskah bagi umat Katolik, yang berlangsung selama 40 hari sebagai bentuk pertobatan dan pensucian diri dari dosa-dosa.
Tradisi ini diawali dengan ibadah di gereja, di mana umat menerima tanda salib dari abu di dahi mereka sebagai simbol kerendahan hati dan pengakuan dosa.
Sejarah puasa Rabu Abu diyakini berasal dari masa Yesus Kristus, di mana praktik pertobatan dan puasa telah menjadi bagian dari kehidupan spiritual.
10+ Akun FF Sultan Gratis Masih Aktif untuk Hari Ini 5 Maret 2025
Dalam perayaan ini, umat Katolik, baik anak-anak maupun orang dewasa, mengikuti ibadat khusus di gereja. Meskipun anak-anak tidak diwajibkan berpuasa, mereka tetap diperbolehkan ikut serta jika mampu. Sementara itu, bagi orang dewasa yang tidak mampu berpuasa, diwajibkan menjalani pantangan.
Pantangan dalam puasa Rabu Abu berarti tidak mengonsumsi makanan atau melakukan kebiasaan yang disukai. Yoko (40), seorang umat Katolik yang ditemui di Gereja Katolik di Jalan Bank, Garut, pada Rabu, 6 Maret 2025, menjelaskan bahwa pantangan bisa menjadi tantangan tersendiri.
“Mengenai pantangan, sebenarnya susah-susah gampang, karena biasanya yang kita pantang justru adalah yang kita sukai. Misalnya, bagi laki-laki yang suka merokok, maka mereka harus menahan diri untuk tidak merokok,” ujar Yoko.
Ia menambahkan, menahan pantangan ini berlangsung selama 40 hari, dan aturan yang sama berlaku bagi perempuan.
Selain itu, umat yang menjalani pantangan juga dilarang mengonsumsi makanan yang berasal dari makhluk bernyawa, seperti daging sapi, ayam, ikan, dan lainnya.
Pelaksanaan ibadat di gereja biasanya dibagi dalam dua sesi, yaitu pagi hari untuk anak-anak sekolah dan sore hari sekitar pukul 17.00 WIB untuk jemaat umum.
Ibadah ini berlangsung selama 1 hingga 2 jam, setelah itu umat Katolik memasuki masa puasa selama 40 hari menjelang perayaan Paskah.***