Itu bukan berarti tetangga secara nyata mewarisi.

Keteraturan nasihat membuat Nabi saw memandang tetangga memiliki posisi yang sama pentingnya dengan anggota keluarga yang memiliki ikatan darah dan keturunan dalam hal warisan.

(Ibnu Hajar Al-‘Atsqallani, Fathul Bari [Beirut: Dar al-Fikr, t.t.], volume X, page 441).

Sikap Bertetangga

Selanjutnya, salah satu pesan Rasulullah saw dalam membangun keharmonisan dengan tetangga adalah memberikan rasa aman kepada mereka, baik melalui tindakan, sikap, maupun ucapan kita.

Dia pernah mengatakan:

وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ! قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بوَائِقَهُ     Artinya:  “Demi Allah, tidak sempurna imannya!, demi Allah tidak sempurna imannya!, demi Allah tidak sempurna imannya!. Rasulullah saw ditanya ‘Siapa yang tidak sempurna imannya wahai Rasul?’ Beliau menjawab, ‘Seseorang yang tetangganya tidak merasa aman atas perilaku buruknya.” (HR Al-Bukhari).

Terkait hadits tersebut, Imam Ibnu Hajar al-‘Atsqallani dalam Fathul Bari menerangkan bahwa praktik menjaga hubungan harmonis dengan tetangga memiliki berbagai cara.

Di antara cara-cara tersebut adalah menyapa dengan salam, memberikan bantuan, menemui mereka dengan senyum yang cerah, serta menghindari tindakan yang dapat menyakiti mereka, baik secara fisik maupun emosional yang terluka (Ibnu Hajar Al-’Atsqallani, Fathul Bari [Beirut: Dar al-Fikr, t.t.], jilid X, halaman 442).

Namun, menurut Syekh Ibnu Abi Jamrah, dalam pelaksanaannya di lapangan kadang terdapat tetangga yang memiliki sifat baik dan juga buruk.

Jadi, bagaimana cara menanganinya?

Sikap terbaik dalam berinteraksi dengan tetangga yang memiliki karakter dan perilaku buruk adalah memberi nasihat dengan cara yang baik.

Kemudian mendoakannya agar diberi petunjuk dan kembali ke jalan yang benar, serta tidak mengambil tindakan sendiri yang merugikan kecuali untuk membela diri jika mereka melakukan kejahatan yang berbahaya (Ibnu Hajar Al-’Atsqallani, Fathul Bari, jilid X, halaman 442).

Oleh karena itu, marilah kita menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai sarana untuk menguatkan hubungan keharmonisan.

Kita bisa melakukan berbagai kegiatan kepada tetangga seperti menyuplai makanan sahur atau berbuka, mengajak mereka berbuka puasa bersama, menjaga kebersihan lingkungan, berinteraksi dengan mereka untuk memperkuat hubungan sosial, yang semuanya bertujuan meningkatkan kebersamaan dan keharmonisan. Wallahu a’lam.***

1 2



Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Penulis
Exit mobile version